Tafsiran Efesus 2:1-10 Eksplorasi Konsep Kasih Karunia


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
            Peneliti akan membahas tentang topik kasih karunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia, karena manusia sudah jatuh kedalam dosa. Pada saat ini ada begitu banyak dampak dan perkembangan dari dosa di tengah-tengah masyarakat. Ditengah-tengah masyarakat pada zaman modern ini  ada banyak kebobrokan moral yang dialami anak-anak melawan orang tua, remaja melakukan pergaulan bebas yang jauh dari Firman Tuhan, bahkan ada banyak anak remaja yang jatuh kedalam seks bebas serta narkoba.
            Didalam keluarga juga banyak masalah yang dapat kita lihat, suami-suami tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya, isteri-isteri meninggalkan tanggung jawab dalam mendidik anaknya, shingga sering di akhiri dengan perceraian ditengah-tengah masyarakat, sering terjadi perkelahian karena perbedaan-pebedaan suku, sosial, agama, yang membuat kondisi mayarakat tidak kondusif atau meresahkan.
            Didalam Gereja juga tidak terlepas dari banyaknya dosa-dosa yang nyata-nyata dapat dilihat para pimpinan gereja tidak melaksananakn tanggung jawabnya dengan benar justru memperkaya diri, anggota jemaat melaksanakan ibadah hanya sebagai rutinitas tidak berdasarkan akibat penyembahan kepada Allah. Adanya perbedaan-perbedaan pendapat dala gereja sering memicu terjadinya kelompok-kelompok dan perpecahan dalam Gereja.
Hal-hal yang dapat dilihat dalam negara kita Indonesia juga dipenuhi dengan banyak tindakan-tindakan yang dikategorikan berdosa dihadapan Allah. Para wakil rakyat yang seharusnya membela kepentingan rakyat justru mengambil hak rakyat dengan korupsi. Badan eksekutif negara dari tingkat atas sampai bawah juga melakukan hal yang sama dimana mereka juga mementingkan diri mereka sendiri sehingga membuat rakyat menjadi semakin menderita.
Jika kita melihat dunia pada zaman sekarang ini, tindakan-tindakan manusia semakin hari semakin bejat sebagai dampak keberdosaan manusia terjadi peperangan antar negara, beberapa negara meningkatkan nuklir, beberapa negara menjalankan ekonomi imperalisme, perbudakan, juga masih terlihat dibeberapa negara.
Hal-hal diatas sesungguhnya diakibatkan karena manusia jatuh kedalam dosa, dosa semakin berkembang dari hari-kehari, iblis menggoda keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup supaya manusia bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Hal inilah yang membuat  peneliti tertarik untuk membahas topik Kasih Karunia yang berdasarkan tulisan Paulus kepada jemaat di Efesus. Peneliti mendasarkan tulisan ini kepada kitab Efesus karena di Efesus juga terjadi fenomena-fenomena keberdosaan manusia walaupun jemaat itu sudah meninggalkan penyembahan kepada dewi diana dan mengadakan persekutuan di dalam penggembalaan Timotius.
Peneliti menginterpretasi Efesus 2:1-10 sebagai variable teoritis untuk mejawab permasalahan atas fenomena-fenomena yang terjadi akibat daripada dosa manusia. Sehingga judul makalah ini Studi Eksporasi Tentang Kasih Karunia berdasarkan Efesus 2:1-10.

Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam makalah ini adalah bagaimana Studi Eksplorasi tentang Kasih Karunia berdasarkan Efesus 2:1-10?.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam makalah ini adalah untuk memahami bagaimana Studi Eksplorasi tentang Kasih Karunia berdasarkan Efesus 2:1-10. 

BAB II
LATAR BELAKANG SURAT EFESUS
Penulis Surat Efesus
Peneliti akan menguraikan siapa yang menjadi penulis kitab Efesus supaya lebih memahami konsep berpikir sang penulis surat. Dalam penyelidikan yang dilakukan terus-menerus, beberapa sarjana menemukan kesulitan lain dalam Surat Efesus. Mereka meragukan Paulus sebagai penulis surat yang sebenarnya dari surat itu. menurut mereka, perbendaharaan kata yang nampak dalam surat ini sangat berlainan dengan perbendaharaan kata yang lazim digunakan Paulus; kemudian menurut mereka gaya yang nampak dalam surat ini bukanlah gaya Paulus.
Namun ada hal lain yang perlu dipertimbangkan. Baiklah kita ingat bagaimana Paulus menulis sebagian besar dari surat-suratnya. Dia menulis surat-surat itu di tengah-tengah kesibukan pelayanannya, dan sebagaian besar malah dilakukannya selama dalam perjalanan.
Menurut William Barclay dalam bukunya yang berjudul  Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-Surat Galatia dan Efesus mengatakan bahwa:
“Secara fakta ia menulis surat-suratnya untuk menjawab masalah yang mendesak, yang harus segera diatasi. Dengan kata-kata lain, Paulus harus berkejaran dengan waktu yang tersedia. Namun surat Efesus berbeda, kalau Paulus adalah penulis Surat Efesus, maka kita harus ingat bahwa surat itu ditulisnya ketika ia ada dalam penjara. Artinya Paulus mempunyai banyak waktu dan tidak perlu tergesa-gesa.”[1]
Dengan uraian diatas sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pauluslah penulis Surat Efesus yang sebenarnya.

Tahun Penulisan
Peneliti akan menguraikan tahun penulisan Surat Efesus supaya lebih memahami keadaan pada zaman itu. Tanggal surat ini terkait dengan salah satu dari pemenjaraan Paulus di Efesus, Filipi, Kaisarea, atau Roma. Suatu pemenjaraan Romawi paling cocok dengan fakta-fakta di Kisah Para Rasul. Setelah Roma danggap sebagai tempat pemenjaraan, muncullah pertanyaan, di waktu mana? Paulus berada di penjara di tahun 60-an yang dicatat dalam Kisah Para Rasul, namun ia dibebaskan dan menulis surat-surat Pastoral (I dan II TImotius dan Titus) dan kemudian ditahan kembali dan dibunuh sebelum tanggal 9 Juni, 68M, yang merupakan tanggal bunuh dirinya Nero.
Jadi, prediksi terbaik untuk penulisan Efesus adalah pemenjaraan Paulus yang pertama di Roma di awal taun 60-an. Tikhikus, bersama dengan Onesimus, mungkin membawa surat Kolose, Efesus dan Filemon ke Asia Kecil.[2]

Penerima Surat
Peneliti akan menguraikan siapa yang menjadi penerima Surat Efesus supaya lebih memahami cara berpikir sipenerima surat. Dalam Buku J.I Packer yang berjudul Ensiklopedia Alkitab Masa Kini mengatakan:
“Tafsiran yang paling mungkin dari semua bukti ini, ialah bahwa surat ini dikirim kepada sekelompok gereja di provinsi Asia, yang diantaranya Efesuslah yang terbesar. Atau, sebuah tembusan dikirim kepada setiap gereja secara bergantia. Membacanya; atau, mungkin ada beberapa tembusan dengan bermacam-macam alamat. Sangat mungkin juga, walau sama sekali tidak pasti, bahwa Suraf efesus adalah surat yang dimaksud sama dalam Kolose 4:16, sebagai yang datang dari Laodikia.”[3]
Untuk perbandingan lainnya dari buku Pemahaman Alkitab Setiap Hari yang ditulis oleh William Barclay berkata bahwa kata “kamu” dimaksud Paulus adalah orang-orang bukan Yahudi; kata “kami” dimaksudkan untuk orang-orang Yahudi, teman-teman sebangsanya.[4] Dalam bagian ini dia melukiskan betapa mengerikan hidup tanpa Kristus, baik untuk orang Yahudi maupun untuk orang-orang bukan Yahudi.
            Sehingga apabila dibandingkan maka dapat diketahui bahwa  Asia Kecil (Turki) memang merupakan daerah yang berpenduduk non-Yahudi sehingga hal ini sangat mendukung dengan kata “kamu” dalam Efesus 2:1 dan kata “kami” merupakan Paulus sedang mewakili dirinya bahwa ia adalah orang Yahudi. Maka dapat disimpulkan bahwa Surat Efesus adalah surat Paulus yang ditujukan untuk seluruh dunia dan pembaca pertama adalah jemaat di Asia Kecil.
Garis Besar Surat Efesus
Peneliti akan menulis garis besar dari Surat Efesus supaya lebih memahami bagaimana konsep penulisan surat ini, menurut Charles F. Pfeiffer dalam bukunya yang berjudul Tafsiran Alkitab Wyclife Vol.3,  garis besar Surat Efesus di tulisakan demikian.[5]
I. Kedudukan Orang Percaya di Dalam Kristus (1:1-3:21)
A. Salam (1:1, 2)
B. Semua Berkat Rohani (1:3-14)
1.    Dipilih oleh Sang Bapa (1:3-6)
2.    Ditebus oleh Sang Anak (1:7-12)
3.    Dimeteraikan oleh Roh Kudus (1:13, 14)
C. Doa Pertama Paulus (1;15-23)
D. Keselamatan Melalui Kasih Karunia (2:1-10)
1.    Keadaan Kita pada Masa Lalu (2:1-3)
2.    Keadaan Kita Sekarang (2:4-6)
3.    Keadaan Kita pada Masa Depan (2:7-10)
E. Kesatuan Orang Yahudi dan Orang Bukan Yahudi di Dalam Kristus (2:11-22)
1.    Keadaan Orang Bukan Yahudi di Luar Kristus (2:11, 12)
2.    Satu Tubuh (2:13-18)
3.    Satu Bangunan (2:19-22)
F. Pernyataan Rahasia (3:1-13)
1.    Pemberian Kasih Karunia Allah (3:1-6)
2.    Persekutuan dari Rahasia itu (3:7-13)
G. Doa Kedua Paulus (3:14-21)
II. Perilaku Orang Percaya di Dalam Dunia (4:1-6:24)
A. Perilaku yang Layak (4:1-16)
1.    Kesatuan Roh (4:1.6)
2.    Karunia Kristus (4:7-12)
3.    Kesatuan Iman dan Pengetahuan (4:13-16)
B. Perilaku yang Berbeda (4:17-32)
1.    Gambaran Perilaku Orang Bukan Yahudi (4:17-19)
2.    Menanggalkan yang Lama dan Mengenakan yang Baru (4:20-24)
3.    Penerapan Praktis (4:25-32)
C. Perilaku Penuh Kasih (5:1-14)
1.    Hidup Dalam Kasih (5:1-7)
2.    Hidup Dalam Terang (5:8-14)
D. Hidup yang Bijaksana (5:15-6:9)
1.    Bersikap Sangat Berhati-hati (5:15-17)
2.    Dipenuhi Roh Kudus (5:18-6:9)
a. Bersukacita dan Mengucap Syukur (5:19, 20)
b. Sikap Tunduk Dalam Hubungan Praktis (5:21-6:9)
(1)  Suami dengan Istri (5:21-33)
(2)  Anak dengan Orang tua (6:1-4)
(3)  Hamba dengan Tuannya (6:5-9)
E. Hidup Kristen Sebagai Suatu Peperangan (6:10-20)
1.    Kuat di Dalam Tuhan - Seluruh Perlengkapan Senjata Allah (6:10-17)
2.    Doa bagi Semua Orang Kudus dan bagi Paulus (6:18-20)
F. Salam Penutup (6:11-24)



Tujuan Surat Efesus
Peneliti kemudian akan menuliskan pula apa tujuan dari penulisan Surat Efesus untuk memahami apa sebenarnya maksud Paulus menuliskan surat Efesus pada zaman itu, dalam buku John Drane yang berjudul Memahami Perjanjian Baru, ia menuliskan tujuan daripada penulisan surat Efesus yang peneliti menganggap buku ini lebih cocok dengan pembahasan peneliti, John Drane menuliskan demikian.[6]
1.    Ucapan syukur
Paulus mengucap syukur dan terima kasih akan anugrah Allah bagi jemaat di Efesus.
2.    Nasehat untuk hidup jemaat yang dewasa
Kasih Paulus ditunjukkan bagi jemaat ini karena Paulus sendiri yang telah mendidik mereka bertumbuh menjadi dewasa. Namun demikian Paulus merasa perlu untuk mengingatkan mereka kembali untuk hidup kudus dan tidak cepat puas.
3.    Asal-usul gereja
Jemaat Efesus yang sebagian besar adalah non-Yahudi perlu diingatkan untuk tidak menganggap remeh Israel dan menganggap sepele partisipasi orang Yahudi dalam amanat Injil. Memang orang non-Yahudi mempunyai kedudukan yang sama dengan orang Yahudi, namun demikian penting bagi mereka untuk mengingat bahwa asal-usul gereja adalah dari Israel. 
Keadaan Kota Efesus
            Untuk lebih dalam lagi mengetahui kondisi kota Efesus kita harus meneliti dari beberapa buku seperti seolah-olah masuk kedalam tempat dan zaman di efesus ini. Merrill C. Tenney dalam bukunya yang berjudul Survey Perjanjian Baru menjelaskan cukup banyak informasi mengenai Kota efesus seperti yang peneliti tulis demikian.[7]
Efesus adalah sebuah kota kuno taraf internasional. Terletak pada muara Kaistros di Asia Kecil. Kira-kira tahun 1000 sebelum Masehi didiami oleh para imigran dari Ionia. Kemudian bisa berkembang menjadi kota perdagangan yang kaya dan bernilai budaya tinggi. Sejak tahun 133 sebelum Masehi menjadi pusat propinsi Romawi di Asia. Kenisah dewi Artemis dengan arca dewi itu termasuk bilangan mujizat dunia sejak dari zaman kuno (Kisah Para Rasul 19:35). Arca dewi Artemis dikabarkan jatuh dari langit. Di kalangan koloni Yahudi di situ yang menikmati berbagai privelesi istimewa, pewartaan agama Kristen memperoleh tanggapan kuat sekali (Kisah Para Rasul 18:24 dst.; 19:1 dst.), sedangkan di tengah penghuni lainnya berkembanglah kekuatan sihir (Kisah Para Rasul 19:19). Paulus bekerja di Efesus dalam perjalanan misionaris yang pertama dan kedua, sampai pada saat ia diusir karena huru-hara tukang perak (Kisah Para Rasul 18:19-21; 19:1-20:1). Kepentingan jemaat di Efesus juga ditekankan oleh Wahyu 2:1-7. Gereja mengadakan konsili ekumeni III di situ pada tahun 431. Dewasa ini kota itu adalah kota Selcuk.
            Tempat yang terkenal di Efesus adalah kuil dewi Artemis yang mahabesar. Dewi Artemis adalah dewi orang-orang Efesus yang kemudian disamakan dengan dewi Artemis orang Yunani dan Diana dari Romawi. Patungnya berupa sebuah tubuh yang berbuah dada banyak dan berkepala seorang wanita, dengan sebongkah batu besar sebagai ganti kaki. Kuil yang pertama mungkin dibangun sekitar abad yang keenam SM, tetapi belum selesai hingga tahun 400 SM. Ia dibakar sampai rata ke tanah pada tahun 356 SM dan digantikan oleh bangunan yang lebih baru dan lebih besar, 425 kaki kali 225 kaki, yang disokong oleh sumbangan dari seluruh Asia. Ia dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia dan dikunjungi oleh banyak peziarah yang akan beribadat dalam tempat pemujaannya.
            Paulus menghadapi beberapa persoalan di Efesus. Yang pertama adalah pertanyaan mengenai kelangsungan ajaran Yohanes Pembaptis, yang murid- muridnya masih tetap aktif setelah Yohanes wafat. Apolos, seorang cendekiawan Yahudi dari Aleksandria, yang telah mengajarkan tentang Yesus di Efesus, "hanya mengetahui baptisan Yohanes" (18:24 25). Pasti ia sudah mengetahui bahwa Mesias sudah datang, dan bahwa Ia sudah ditahbiskan untuk melayani Allah, dan bahwa persiapan untuk menyambut pelayanan-Nya harus meliputi pertobatan dan iman. Pengetahuannya tidak sepenuhnya salah atau menyimpang; ia masih berada pada jalur yang semestinya. Ia mengajar di sinagoge-sinagoge dan rupanya mendapatkan sambutan yang cukup baik.  

BAB III
EKSPLORASI KONSEP KASIH KARUNIA BERDASARKAN EFESUS 2:1-10

Keadaan Orang Berdosa
Peneliti akan menguraikan keadaan orang berdosa sebelum menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Keadaan orang berdosa menurut Paulus. Paulus menyatakan bahwa, ”Kamu dahulu sudah mati Karena pelangaran-pelanggaran dan dosa-dosamu Kamu hidup didalamnya Karena kamu mengikuti jalan dunia ini Karena kamu mentaati kerajaan angkasa yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.”[8]
Paulus memaknai frasa  karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu adalah dimana jemaat di Efesus hidup didalam mengikuti jalan dunia ini dan mentaati penguasa kerajaan angkasa yaitu roh yang sekarang sedang bekerja diantara orang-orang durhaka maka kamu mati. Pernyataan pembukaan dari bagian ini mengingatkan orang percaya di Efesus tentang betapa mereka dahulu membutuhkan kasih karunia Allah yang menyelamatkan. Mereka diingatkan apa yang telah dirasakan sebelum menjadi kristen. Secara harfiah, dan kamu yang sudah mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa (Ayat 2,3). Dengan demikian merupakan sisipan dan pikiran utamanya dilanjutkan dalam ayat 4. Hal diatas menunjukkan perbedaan keberadaan jemaat yang telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa, dengan kasih karunia yang diberikan Allah kepada mereka.
Dalam ayat 1, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” dan dalam bahasa Yunaninya kaiumas ontas nekrous tois paraptomasin kai tais amartiais umon.[9] Hidup di luar Kristus adalah hidup di dalam dosa dan pelanggaran. Paulus mengartikan Kematian didalam ayat ini bukan kematian jasmani tetapi rohani; yaitu, terpisah dari Allah. Sekarang, mereka digambarkan bahwa hidup lama mereka sebagai suatu tindakan dari kematian.
Dalam Efesus 2:1, mencatat salah satu penyebab manusia mengalami kematian dan terpisah dari Allah, yaitu paraptomasin, Noun Datif Neuter Plural, yang berasal dari kata paraptoma yang berarti trespass (kesalahan atau dosa), false step (langkah atau tindakan tidak benar), transgression (tindakan melanggar hukum, pelanggaran)[10] dalam arti harafiahnya adalah tergelincir atau jatuh. “istilah ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang kehilangan arah jalan atau tersesat; juga dapat berarti gagal atau meleset dalam menangkap kebenaran.”[11] Dalam teks sebelumnya menguraikan karya Allah tritunggal dalam rangka keselamatan manusia. Ada dua aspek yang ditemukan dalam penjelasan di atas bahwa ada aspek kesengajaan dan ketidaksengajaan. Sengaja atau tidak sengaja semuanya adalah pelanggaran. Jemaat Efesus telah mati karena kesalahan dan dosa, kata kesalahan berasal dari istilah Yunani traspasses, dan kata dosa berasal dari kata a`marti,aij/hamartiais, yang artinya dosa, keberdosahan dan penuh dosa atau hamartiais juga dapat diartikan tidak mengenai sasaran atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan Tuhan, berarti dosa adalah kegagalan manusia dalam mencapai sasaran-sasaran yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam kebenaran-Nya. Tetapi terkadang manusia salah memahami dan menilai tentang dosa itu, manusia mengira kalau dosa itu hanya menyangkut kesalahankesalahan besar seperti membunuh, mencuri, merampok. Manusia sendiri yang membuat ukuran atau standar bagi dosa dan mengelompokkannya sesuai dengan keinginannya sendiri. Namun, yang dimaksudkan oleh Paulus dalam ayat ini bahwa dosa adalah tindakan yang meleset atau kegagalan mencapai sasaran. Inilah kegagalan manusia dalam memenuhi standar Allah.
Dalam Efesus, dosa merupakan tindakan dalam penyembahan berhala, hidup dalam kedagingan, menuruti hawa nafsu, menuruti penguasa dunia atau roh-roh jahat, dan segala macam kecemaran. Hal ini didukung oleh Wiliam Barclay didalam bukunya Tafsiran Efesus dalam Kehidupan Sehari-hari menyatakan bahwa, “hamartia langsung memperhadapkan kita dengan dosa, yaitu kegagalan dalam mencapai tujuan hidup kita yang sebenarnya dan yang seharusnya dapat kita capai”[12]
Sebagai contoh, dapatkan seorang pria menjadi suami yang baik sebagaimana diharapkan isterinya daripadanya? Adakah ia berusaha untuk menjadikan hidup ini lebih mudah bagi isterinya adakah ia memaksakan kehendaknya kepada keluarganya? Dapatkan seirang wanita menjadi isteri yang baik sebagaimana diharapkan daripadanya? Adakah ia benar-benar memberikan perhatiannya pada pekerjaan suaminya serta selalu memberikan pengertian pada segala masalah dan kekhawatiran suaminya? Adakah orang tua menanamkan disiplin kepada anak-anaknya? Nah, sebagai contoh konkrit hal inilah yang bisa dipertanyakan berkenaan dengan bagaimaan tujuan hidup kita yang tidak mengena kepada sasaran atau tujuan sesungguhnya tadi.
Sidlow Baxter mengatakan bahwa hakekat maut bukannya perhentian tapi perpisahan. Matinya tubuh berarti tubuh berpisah dari roh; sedang matinya roh berarti roh berpisah dari Allah, hilangnya hidup yang tertinggi yang manusia punya dahulu sebelum dosa memisahkannya dari Allah sumber hidupnya[13].  Menurut R. E. Harlow bahwa kehidupan yang lama sungguh sungguh mati, mati rohani. Ketika seseorang mati, maka rohnya akan berpisah dari tubuhnya, di dalam Yakobus 2:26 berkata bahwa tubuh tanpa roh adalah mati. Ini adalah kematian secara alami. Tetapi ketika seseorang berdosa, maka ia akan berpisah dari Allah. Hal ini disebut sebagai kematian rohani.[14]  Analisa Paulus terhadap dua bentuk sisi kematian bagi manusia merupakan dua fakta yang sungguh-sungguh terjadi dalam kehidupan manusia. Kematian secara alami yaitu di mana tubuh berpisah dengan roh akan dialami oleh setiap manusia. Paulus hanya menggunakan gambaran tersebut untuk menjelaskan makna yang lebih dalam tentang kematian. Ketika seseorang di luar Allah itu berarti dirinya berpisah dari Allah, maka ia akan mengalami kematian kekal, tanpa pengharapan, dan akan mengalami penghakiman.
Konsekwensi dari dosa adalah kematian yang dimana hidup manusia mengarah kepada sesuatu yang dapat disebut “mati”. Kematian adalah satu gambaran yang tepat dari akibat dosa. Menurut Paulus tiap-tiap orang berdosa adalah orang “mati”, karena hubungannya dengan Allah telah dirusak.[15]
Dalam konteks ini peneliti juga akan memaparkan apa yang menjadi penyebab kematian yang terjadi kepada jemaat di Efesus. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia pada ayat 2 terdapat dua preposisi yang menjadi penyebab kematian tadi yaitu: 1) Karena kamu mengikuti jalan dunia ini, 2) Karena kamu mentaati penguasa kerjaan angkasa. kata kerja utamanya yaitu “mengikuti dan mentaati”. Kedua kata kerja ini dalam bahasa aslinya yaitu menggunakan satu kata saja yaitu paripastentase dari terjemahan secara literal adalah “berjalan” yang menunjukkan suatu gaya hidup atau kebiasaan. Dalam bahasa Yunani kata berjalan adalah periepath,sate/periepatesate (Inggris: to walk) berarti, berjalan, mengantar, membawa. Sehingga jika kita padukan kata mengikuti, dan mentaati dengan kata berjalan secara teknis sejajar dalam artian apabila berjalan tentu mengikuti yang ditaati, apa yang diikuti yaitu jalan, kehidupan, keburukan, kebobrokan dunia, dan lain sebagainya dan yang ditaati adalah penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang bekerja diantara orang durhaka yaitu kita yang berdosa.
Hal inilah yang pernah terjadi di Efesus sehingga membuat mereka tidak berdaya mengikuti jalan kebenaran tetapi mengikuti jalan dunia. J.L. Ch. Abineno mengatakan:
Untuk dapat memahami maksud kalimat ini kita harus memperhatikan tanggapan orang (gambaran dunia) pada waktu itu. Menurut tanggapan itu, dunia terdiri dari beberapa lapisan (bnd 2 Kor 12:2). Lapisan udara atau angkasa didiami oleh roh roh. Roh jahat yang mempunyai pengaruh buruk atas manusia. Dalam nas kita dikatakan bahwa ada suatu “archon” yang mempunyai “exousia” yaitu “aer”. Yang dimaksudkan di sini dengan “archon” ialah penguasa dan pemerintah. Archon ini yang dikatakan di atas, mempunyai exousia. Exousia di sini bukanlah kuasa (wewenang), pemerintahan, tetapi juga seperti Kol 1:13, daerah pemerintahan (kerajaan). Daerah pemerintahan ini ialah “aer”: udara, angkasa, (yang biasa dilukiskan sebagai tempat yang gelap, bnd Efesus 6:12; Kol 1:13).[16]
Ketika orang berdosa hal ini berarti mereka adalah orang-orang yang buta dari jalan Allah sehingga sampai pada hari ini kekuasaan roh-roh jahat selalui menggeluti manusia sekalipun orang Kristen sendiri hal ini juga didukung oleh Basilea Schlink dalam bukunya Dunia Malaikat dan Roh Jahat berkata:
“Mayoritas umat manusia dewasa ini, terutama di dunia barat, tidak menyadari bahwa iblis hanyaa menggoda mereka dengan janji akan mengembangkan kepribadian yang bebas. Itu umpannya. .. dan iblis mengetahui bahwa setelah manusia terpisah dari sumber hidup ilahi maka ia akan jatuh kedalam cengkramannya.”[17]
Hal seperti demikianlah yang terjadi kepada jemaat di Efesus dahulu dimana mereka benar-benar membutuhkan kasih karunia. Sehingga  kesalahan dan dosa digambarkan sebagai suatu peristiwa yang berjalan dalam dunia. manusia taat kepada iblis (Ef 2:2) “Kamu mengikuti jalan dunia ini karena kamu menaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.” Yang dimaksud dengan itu adalah roh-roh jahat atau iblis yang menguasai kehidupan manusia dan manusia di bawah kendali kuasa kegelapan, sehingga manusia tidak dapat melihat terang Kristus. Maksudnya adalah bahwa semua manusia di dunia ini hidup di dalam dosa dan semua orang mengikuti cara hidupnya. Mereka taat kepada setan yang adalah roh kejahatan dan yang menguasai manusia di dunia ini.[18] Itulah sebabnya konteks surat Paulus ini berbicara tentang kondisi manusia lama yaitu manusia dunia yang tidak percaya yang hidupnya dikuasai oleh setan. Namun, bukan hanya hidupnya di bawah kontrol atau kuasa iblis tetapi hidup tanpa pengarapan.
Adapun maksud kata diantara orang-orang durhaka dari ayat 2 ini ditujukan kepada orang non Yahudi, yang mana mereka masih percaya pada dewa penguasa lain (penguasa dunia). Dewa bangsa Yunani yang mereka sebut aiõn digambarkan sebagai seorang penguasa kekuasaan udara. Kata udara ini digunakan untuk mengindikasi ruang antara bumi dimana manusia tidak patuh dan berdosa dengan surga di mana Tuhan berkuasa dengan otoritas yang tidak diragukan. Dalam zaman kuno, udara sebagai kekuasaan dari bermacam-macam roh, diantaranya roh iblis. Aiõn ini berupa roh yang bekerja di dunia dalam anak yang tidak patuh, sedangkan dalam tradisi Yahudi anak yang tidak patuh diungkapkan dengan arti orang yang tidak patuh kepada Tuhan.
Maka kesimpulannya, jemaat Efesus pada saat itu memiliki hidup yang sangat memprihatinkan. Karena dapat kita ketahui bahwa tulisan Paulus yang berkata kamu mengikuti jalan dunia ini dan karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa (roh). Dan kata diantara orang-orang durhaka berarti jemaat pada saat itu disamakan atau disejajarkan dosanya dengan orang non-Yahudi yang percaya kepada dewa bangsa Yunani yaitu aiõn.
Ciri-ciri Kehidupan Tanpa Kristus
            Dalam bagian ini supaya pembahasan yang lebih dalam lagi, maka peneliti akan menguraikan beberapa ciri-ciri daripada suatu kehidupan tanpa Kristus.
(i)     Kehidupan tanpa Kristus itu ditandai oleh gaya hidup masa kini, yaitu yang didasarkan pada patokan-patokan dan penilaian-penilaian secara duniawi. Disaat hidup Kristiani adalah menuntut  pengampunan, tetapi para penulis kuno mengatakan bahwa tidak adanya kemauan untuk membalas dendam adalah dusatu kelemahan. Disaat hidup Kristiani adalah menuntut kasih, juga terhadap musuh-musuh kita; tetapi Plutarch berkata bahwa ciri-ciri manusia yang baik ialah apabila ia berguna bagi sahabat-sahabatnya dan membenci musuh-musuhnya. Pusat daripada kehidupan duniawi adalah diri sendiri; sedangkan pusat dari hidup Kristiani adalah pada Kristus dan orang lain. Hakekat manusiawi ialah bahwa ia mengetahui harga segala sesuatu tanpa mengetahui nilainya. Motivasi hidup manusia duniawi ialah keuntungan; tetapi dinamika hidup Kristiani ialah hasrat untuk melayani.
(ii)    Kehidupan tanpa Kristus itu diperintah oleh pengkin bahwa alam ini penuh dengan setan-setan penguasa-penguasa dunia. Disini kita diperhadapkan pada suatu kenyataan yang mungkin terjadi di zaman Paulus, tetapi tidak mungkin untuk masakini. Kata Willaim Barclay dalam bukunya Pemahaman Alkitab Masa Kini: ”zaman dulu orang percaya kepada setan-setan sehingga sama sekali tak ada ruang untuk menyisipkan sesuatu”[19]. kata Pythagoras: “Alam semesta ini penuh dengan roh-roh”, sedangkan menurut Philo: “Roh-roh itu beterbangan kemana-mana dalam alam semesta ini.” “alam semesta ini adalah rumah roh-roh yang tak berwujud.”
(iii)   Kehidupan tanpa Kristus itu ditandai oleh ketidakpatuhan. Banyak cara yang Allah gunakan untuk menyatakan kehendak-Nya kepada manusia. Manusia yang mau hidup tanpa Kristus hanya mau mengikut jalannya sendiri, meskipun ia tahu yang Allah tunjukkan kepadanya.
(iv)   Kehidupan manusia tanpa Kristus itu dikuasai oleh hawa nafsu. Kata Baha Yunani Epiqumia//ephitumia yang berarti keinginan untuk hal-hal yang buruk dan terlarang. Kalau hidup kita serahkan kepada hawa nafsu, maka pastilah hidup ini hanya menuju kehancuran. Hawa nafsu tidak hanya bersangkut-paut dengan sifat-sifat daging; hawa nafsu adalah hasrat dan keinginan untuk melakukan perbuatan daging, karena hawa nafsu adalah tuan yang jahat.
(v)    Kehdupan tanpa Kristus itu adalah kehidupan yang selalu memenuhi sifat-sifat daging. Kita harus dengan hati-hati memahami apa yang Paulus maksudkan dengan dosa yang diakibatkan oleh keinginan daging. Dalam Galatia 5:19-21 Paulus menyebutkan dosa-dosa yang diakibatkan oleh keinginan daging itu. ia memang mulai dengan menyebutkan percabulan dan hawa nafsu; tetapi terus menyebutkan penyembahan berhala; ilmu sihir; perseteruan; amarah; perselisihan; iri hati dan kedengkian. Dalam Bahasa Yunani  avnestra,fhme,n/avestraphmeen artinya kami atau kita telah hidup atau mereka dahulu telah hidup di dalam daging dan poiou/ntej/poiouvtes artinya mengerjakan, perkataan ini adalah pada saat Paulus sedang menceritakan dirinya juga diamana saat dia sedang hidup dalam daging sebelum menjadi Rasul. Arti dari ayat ini mempunyai karakteristik bahwa mereka hidup dalam penderitaan daging, karena mereka hidup di dalamnya. Mereka dipaksa hidup seperti sebelum kekristenan, artinya hidup dalam ketidakpatuhan. Kadangkala dalam Perjanjian Baru khususnya tulisan Paulus, kata daging digunakan dalam satu cara alami yang diartikan dalam aspek fisik dari kodrat manusia. Paulus menuliskan itu untuk menggambarkan dasar hukum kodrat yang mana dengan mudah menentang hukum Tuhan dan bersekutu dengan setan. Di sini, penulis Efesus berkeinginan untuk menegaskan bahwa dosa-dosa nafsu daging telah merasuk ke dalam tubuh dan pikiran.

Pekerjaan Kasih Karunia
            Pada subbab yang kedua ini peneliti akan merumuskan tentang pekerjaan Kasih Karunia sehingga jemaat di Efesus yang dahulu adalah orang berdosa namun kemudian di selamatkan dan dibenarkan. Semua keadaan manusia tersebut di atas patut dimurkai oleh Allah. Namun, karena Allah sangat mengasihi manusia, maka Ia mengutus Yesus Kristus adalah anak-Nya yang tunggal menjadi pendamai antara Allah dan manusia sehingga terjadi pertalian yang baru. Ada beberapa hal penting berhubungan dengan manusia baru yaitu; Didalam kasih karunia, Allahlah yang turut berperan didalam penyelamatannya, dalam Efesus 2:4-5 ada beberapa peran Allah dalam memberikan kasih karunia yaitu:
Dengan Rahmat
            Dalam peran Allah yang perama ini dituliskan Allah yang kaya dengan rahmat. Secara langsung kita dapat mengetahui bahwa Allah kaya dengan rahmat. Kata rahmat dalam bahasa Yunani yaitu evle,ei/eleei dalam bahwa inggris yaitu mercy dan compassion, mercy berarti kemuraham hati, belaskasihan. Jadi dengan kemurahan dan rasa belas kasihan Allahlah yang berperan sehingga Allah memberikan kasih karunia-Nya diberikan kepada kita.

Kasih-Nya yang Besar
            Dan peran Allah yang kedua adalah karena Allah memiliki kasih yang besar. Dalam bahasa Yunani  kasih-Nya  ditulis dengan istilah hvga,phsen dari kata  avgapa,w//agapo, to love yang berarti: kasih, cinta, kasih sayang. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah adalah Maha Kasih  Penekanan penulis Efesus ini yakni bagaimana kebesaran Allah yang kaya rahmat itu sangat mencintai manusia sebagai orang yang berdosa. Oleh karena itu, manusia memperoleh rahmat yang melimpah karena Allah sebagai sumber segala rahmat dan kasih mau mengampuni kita, orang-orang yang berdosa. Kata Kasih disini Harfiahnya dengan karena kasih-Nya yang besar yang dengannya Dia mengasihi kita. Alkitab berulang kali menunjukkan bahwa kasih Allah kepada kita, bukan kasih kita kepada Dia adalah yang lebih penting (bdg. 1Yoh 4:9,10).

Dilimpahkan-Nya Kepada Kita
Peran ini menunjukkan kepada cara Allah dalam memberikan kasih Karunia tersebut. Adalah melimpahkan kasih karunia kepada manusia. Secara literal kata dilimpahakan disini yaitu merujuk kepada pengertian Allah begitu mengasihi kita, dan kepada siapa dia melimpahkan kasih karunia tersebut, yaitu kepada manusia. Hal ini berarti dalam maksud yang sangat baik dan sangat mulia.
Menghidupkan Kita Bersama Kristus
Kata menghidupkan dalam bahasa aslinya yaitu dari Kata kerja sunezwopoi,hsen/suneksopoi kata kerja aoris aktif indikatif orang ke-3 tunggal dari suzwopoie,w (alive): hidup, kehidupan. jadi diterjemahkan, Dia telah menghidupkan/diselamatkan menggaris bawahi dampak-dampak abadi perbuatan Allah yang menyelamatkan itu, seolah-olah Paulus ingin berkata “kamu telah diselamatkan dan akan tinggal selamat untuk selama-lamanya”.
Paulus menggunakan tiga kata kerja untuk menyebutkan pekerjaan Allah dalam Kristus. masing-masing kata kerja itu menghubungkan kita dengan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Kristus. pertama, Allah.. telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus (ay. 5) Telah menghidupkan (ayat 5b) dalam dari kata sunezwopoi,hsen dari kata dasar suzwopoie,w/suxopoieo dalam KJV:  to make alive together with someone” membuat hidup bersama dengan beberapa orang. Kedua, didalam Yesus Ia telah membangkitkan kita juga (ayat 6a) kata membangkitkan (ayat 6a) dalam bahasa Yuhani yaitu sesw|sme,noi/sesomenoi , dan Ketiga, ia memberikan tempata bersama-sama dengan Dia disurga (ayat 6b) kata  sw,|zw/soxo dalam KJV: to save ditejemahkan: menyelamatkan, menyimpan, memelihara.
Dan kata memberikan tempat bersama-sama dengan dia disorga (ayat 6b), dari kata sunh,geiren dari kata dasar  sunegei,rw dalam KJV “to raise up” dengan dengan menhidupkan, mendirikan, mengangkat
suneka,qisen Dari kata  sugkaqi,zw (inggris) to cause to sitdown together, sit down together diterjemahkan duduk bersama. Artinya orang percaya akan bersama-sama dengan Yesus.
Ketiga kata kerja itu : menghidupkan, membangkitkan, dan memberikan tempat- merujuk kepada tiga peristiwa yang berurutan dalam karya Kristus yang menyelamatkan, yang biasanya disebut kebangkitan, kenaikan, dan kedudukan.[20]
Rahasia keselamatan Allah melalui Kristus adalah wujud dari kasih Allah seperti yang telah ditulis dalam ayat sebelumnya. Allah telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus. Kristus telah dihidupkan oleh Allah supaya Ia ditinggikan begitu pula dengan kita. Hidup baru adalah keselamatan atas dasar rahmat. Tuhan menghidupkan kita bersama dengan Kristus yang bangkit dengan kita dan mendudukkan kita dalam Kerajaan Surga. Kata “made to sit” sulit untuk ditafsirkan karena kata ini dalam bentuk lampau. Kata yang serupa dalam Injil memakai bentuk akan datang (Luk 22:30; Mat 19:29). Yakobus dan Yohanes meminta untuk duduk di sebelah kiri dan kanan Yesus bila Ia datang sebagai Raja. Hak duduk dalam Kerajaan Surga merupakan hak khusus hanya untuk Tuhan, tetapi semua itu dijanjikan kepada kita yang percaya kepada-Nya.

Respon Manusia Yang Benar Menerima Kasih Karunia
Analisa Teks Ayat 8
Peneliti ini merumuskan analisa dari kata “kasih karunia” untuk mendapatkan pemahaman mengenai kasih karunia. bahasa yang digunakan dalam Perjanjian Baru adalah Yunani Koine (bahasa Yunani Hellenistik atau Yunani umum, semacam bahasa yang cukup popular di Pelestina pada saat itu)[21] Dalam bahasa Yunaninya dituliskan,Τη γαρ χαριτι εστε σεσωσµενοι δια τηςπιστεως και τουτο ουκ εξυµων θεουτο δωρον (te gar xariti este sesosmenoi dia tes pisteos: kai touto ouk ex umon, theos to doron).[22] Berikut ini merupakan terjemahan yang dianggap mendekati bahasa aslinya:
Terjemahan harafiah, “Sebab kamu diselamatkan karena anugerah melalui iman, itu bukan berasal dari kamu sendiri, itu pemberian dari Allah.”
Hasan Sutanto menerjemahkan,“Sebab karena anugerah kamu telah diselamatkan melalui iman; dan dalam hal ini bukan dari kamu, dari Allah itu pemberian.”[23]
Jay P. Green menerjemahkan, “For by grace you are saved, through faith, and that not of your selves, (it is) the gifs of God.”[24] TB: “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”
BSH: “Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil usahamu sendiri”
Dalam terjemahan di atas, maka peneliti memberikan usulan terjemahan bagi Efesus 2:8 yaitu: “Sebab karena[25] kasih karunia[26] kamu[27] telah diselamatkan[28] oleh[29] iman[30] dan itu bukan[31] dari[32] hasil usahamu, tetapi pemberian[33] Allah.”[34]
            Karena Allah telah memberikan kasih karunia tersebut maka peneliti akan menuliskan selanjutnya apa respon yang benar oleh manusia yang telah menerima Kasih Karunia itu. Demikian peneliti akan menjelaskan tentang respon yang benar tersebut yang telah digali dari Efesus 2:8.
Paulus menuliskan “Karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman  itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri”. Dalam ayat tersebut kata “diselamatkan” dalam bahasa asli yaitu Kata sesw|sme,noi/sesomenoi merupakan kata kerja partisip perfek maskulin jamak dari kata dasar sw,|zw yang berarti menyelamatkan, menyimpan demikian juga King James Version menerjemahkannya dengan kata to save: menyelamatkan, menyimpan.
Allah akan menunjukkan kasih karunia-Nya terhadap kita sebab Ia telah menyelamatkan kita oleh kasih karunia-Nya: “karena kasih karunia kamu diselamatkan”. Disini terdapat tiga perkataan yang menampakkan dasar berita Kristen, yaitu penyelamatan, kasih karunia dan iman. “penyelamatan” berarti lebih hanya pemgampuanan saja karena mencakup pelepasan dari kematian, perbudakan, dan  murka yang disebut pada ayat 1-3. Bahkan termasuk juga keseluruhan hidup baru dalam Kristus, dengan siapa kita dibangkitkan, dinaikan dan dudukkan bersama-sama disurga. “kasih karunia” berarti rahmat Allah yang bebas terhadap kita yang sebenarnya tidak layak menerimana, dan “iman: berarti kepercayaan rendah hati yang menerima pemberian-pemberian Allah utnuk diri kita sendiri. Keistimewaan utama dalam ayat ini adalah keselamatan, Allah mempunyai bagian dalam keselamatan manusia. Dalam Efesus, keselamatan termasuk satu kata yang mencakup banyak makna. Penulis mengatakan tentang keselamatan sebagai berkat karunia iman, kita diselamatkan.
Keselamatan adalah kasih karunia Allah melalui iman. “Karya Kristus datang pada kita melalui kasih karunia berdasarkan iman.”[35] Iman berperan penting dalam karya penyelamatan Allah  bagi manusia, yaitu iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Keselamatan adalah anugerah Allah, bukan berarti menyingkirkan peran iman dalam karya Allah. “Betapapun benar kenyataan bahwa kita sampai pada percaya itu hanya karena anugerah yang mendahului atau yang menyebabkannya,”[36] berarti manusia dapat percaya kepada Yesus Kristusdan menerima keselamatan itu hanya karena anugerah dan kemurahan Allah, bukan karena usaha manusia. Jadi, iman yang menyelamatkanadalah:
Pertama, “iman kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya syarat yang diminta Allah untuk keselamatan. Iman bukan saja suatu pengakuan tentang Kristus, tetapi juga suatu tindakan yang terbit dari hati orang percaya (Mat 4:9).”[37] Iman kepada Yesus adalah sebuah pengakuan dan harus disertai tindakan yang taat kepada Allah.
Kedua, “iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah tindakan sesaat dan juga sikap yang berkesinambungan yang harus bertumbuh dan harus dikuatkan (Rm 4:25).”[38] Jadi, iman kepada Yesus Kristus harus tetap hidup dan selalu dikuatkan.
            Keselamatan bukan semata-mata hasil usaha kita tetapi suatu pemberian dari Allah. Itu semua dikerjakan oleh Allah, Allah memberi dari permulaan sampai pada akhir. Oleh karena itu orang diharapkan untuk tidak memegahkan diri sendiri karena semuanya itu adalah pekerjaan Allah. Penegasan atas keselamatan dalam hal ini adalah hidup dalam iman yang diciptakan oleh Kristus Yesus. Banyak komentator mempunyai pendapat bahwa kata pemberian di sini diartikan untuk menggambarkan iman membawa kepada keselamatan. R.C. Sproul mengatakan dalam bukunya bahwa:
“Kasih karunia merupakan belas kasihan Allah yang diberikan bukan berdasarkan amal baik kita. Hal ini merupakan tindakan atau inisiatif Allah terhadap kita. Kasih karunia bukan merupakan substansi yang dapat mendiami jiwa-jiwa kita. Kita bertumbuh di dalam anugerah, bukan berdasarkan ukuran secara kuantitas dari substansi di dalam diri kita. Berdasarkan pertolongan dari Roh Kudus yang tinggal di dalam kita dan bertindak dengan lembut kepada kita dan atas kita.”[39]
Penyataan di atas menunjukkan bahwa keselamatan bukan hasil usaha atau perbuatan baik manusia, bukan berdasarkan keberadaan manusia itu sendiri, melainkan hanya karena kasih karunia Allah dan melalui tindakan Roh Kudus yang lembut membuat orang percaya dapat bertumbuh di dalam anugerah-Nya. Jadi, usaha apapun yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai keselamatan tidak akan membawa hasil. Allah tidak menyelamatkan manusia berdasarkan perbuatannya melainkan anugerah Allah semata-mata dan bukan diusahakan oleh manusia.
Dalam ayat 9b kata “memegahkan diri” dalam bahasa Yunani dituliskan kauch,shta/kauxmom yang merupakan kata kerja subyungtif aorist orang ke-3 tunggal dari kata kauca,omai KJV menuliskannya to boast diterjemahkan besar mulut, pembualan, menyombongkan diri. Hal ini berarti bahwa kita yang sudah diselamatkan itu bukanlah karena usaha atau apapun yang bisa kita berikan kepada diri kita sehingga atas dasar apa lagi yang membuat kita untuk memegahkan diri.
Disini berarti segala sesuatu yang dikatakan dalam kalimat yang mendahuluinya: karena kasih karunia Allah, kita disealmatkan melalui iman. Seluruh pengalaman dan kejadian itu adalah pemberian Cuma-Cuma dari Allah. Pengalaman itu bukanlah jasa kita (bukan hasil usaha kita) ataupun upah karena berbuat baik dalam agama dan amal (bukan hasil pekerjaan). Dan karena tidak ada tempat bagi jasa manusia, maka tidak ada pula tempat bagi kemegahan manusia: jangan ada orang memegahkan diri. Penulis menegaskan bahwa segala sesuatu tentang keselamatan ini adalah sebagai pemberian Allah. Kita tidak selamat oleh pekerjaan kita sendiri tetapi kita diselamatkan karena pekerjaan yang baik. Pekerjaan yang baik digambarkan sebagai tindakan yang mana Allah telah mempersiapkan sebelumnya, bahwa kita akan berjalan dalam pekerjaan Allah.
Tanggung Jawab Orang Yang Menerima Kasih Karunia
            Setelah orang yang menerima kasih karunia harus memberikan respon yang benar maka selanjutnya ternyata ada tanggung jawab yang harus dikerjakan oleh orang-orang yang telah menerima kasih karunia tersebut. Demikian peneliti akan menuliskan hal ini. Paulus menuliskan bahwa kita ini adalah buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya dan Ia mau supaya kita hidup didalamnya. Dalam ayat 10b Kata “diciptakan” dalam bahasa Yunani yaitu ktisqe,ntej/ktisthen sebuah kata kerja partisip aorist pasip maskulin tunggal, yang lebih cocok diterjemahkan “dibuat”, “diciptakan”. King James Version menuliskannya dengan to create = menciptakan, membuat, menimbulkan, sehingga tidak ada yang dapat dicurigai dari kata ini.
Kata yang pertama adalah untuk melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kata “dipersiapkan”  dalam Bahasa Yunani memakai istilah prohtoi,masen/promtoimasen, merupakan kata kerja aoris aktif orang ke-3 maskulin tunggal dari proetoima,zw diartikan “Dia telah mempersiapkan”, dalam KJV yaitu to prepare beforehand.
Paulus menyatakan bahwa biar bagaimanapun manusia mustahil mencapai keselamatan, justru Allah berprasangka mengupayakan keselamatan itu bagi manusia. Dengan mengingat diri kita yang dahulu mati tapi sekarang hidup, ia berkata “kita ini buatan Allah” dalam bahasa Yunani oi,hma/poiema berarti karya agung, ktisqe,ntej/ktisthente yang telah diciptakan dalam Kristus. kedua kata Yunani ini, poiema  dan kristhentes, berbicara tentang penciptaan. Sejauh ini Paulus melukiskan penyelamatan sebagai kebangkitan antara orang mati, sebagai pelepasan dari perbudakan, dan sebagai pembebasan dari hukuman. Ketiga lukisan itu menjelaskan bahwa Allah-lah yang “bertindak dan berbuat”.
Pernyataan itu berarti bahwa kita tidak pasif dan kita perlu juga berbuat baik. Kasih karunia yang menyelamatkan itu tidak berartikan bahwa kita diizinkan untuk berbuat dosa. Tetapi berbuat baik adalah mutlak, tetapi bukan dasar atau alat beroleh keselamatan. Kita diselamatkan bukan karena pekerjaan baik (8-9), melainkan diciptakan dalam Yesus Kristus. supaya kita melakuakn perbuatan baik, perbuatan baik itu telah ditentukan Allah dahulu pada keabadian dan Ia menciptakan kita untuk melaksanakannya.
Adapaun tanggung jawab yang kedua adalah kita hidup didalamnya, kata hidup dalam bahasa Yunani menggunakan istilah traspasses, merupakan istilah yang digunakan dalam ayat 1. Kata ini diterjemahkan dengan kata berjalan. Sehingga sangat dimana Paulus berkata bahwa kita yang dulu telah berjalan dalam dunia yang berdosa namun sekarang kita sudah berjalan didalam Dia yaitu Allah. Tentulah Allah memerintahkan hal ini kepada setiap orang yang percaya, karena orang yang telah percaya tidak lagi menjadi miliki penguasa-penguasa di angkasa tetapi menjadi milki Allah seutuhnya. Maka sangat patutlah kita berjalan didalam Allah yang telah memberikan kasih karunia-Nya kepada kita.
Semua isi subbab ini juga didukung oleh William Barclay dalam bukunya yang berjudul Pemahaman Alkitab Setiap Hari, ia berkata: “itulah sebabnya mengapa dikatakan bahwa semua usaha ada sangkut-pautnya dengan pemberian keselamatan. Selanjutnya tidaklah bijaksana untuk mengikuti pengajaran Paulus hanya sampai disini saja, meskipun kenyataannya banyak orang melakukan hal itu. kita harus memperhatikan kelanjutan ajaran Paulus itu. Paulus selanjutnya mengatakan bahwa kita diciptakan kembali oleh Allah untuk melakukan perbuatan –perbuatan yang baik. Disinilah letak paradoks[40] daripada pemahaman Paulus itu. segala perbuatan baik didunia ini tak dapat memperbaiki hubungan kita dengan Allah; tetapi kekristenan kita tidak ada artinya jika kita membuahkan perbuatan-perbuatan baik.”[41]
Dalam hal ini tak ada sesuatu yang aneh, semuanya itu adalah pemberlakuan hukum kasih. Jika seseorang mengasihi kita dengan kasih yang tulus, maka seyogyanya kita tahu bahwa itu bukanlah imbalan atas jasa kita. Pada saat yang sama kita dengan penuh keyakinan tahu, bahwa kita harus berusaha membuat hidup ini sepadan dengan kasih yang kita peroleh itu.


BAB IV
APLIKASI

Pribadi
Untuk memperkukuh dan mendukung dari semua pembahasan diatas perlu adanya Aplikasi dari peneliti sebagai buah atau hasil yang konkrit yang bisa dilakukan setelah melakukan penelitian mengenai Kasih Karunia yang diberikan Allah kepada orang-orang yang dahulu berdosa dan hidup dalam kebobrokan dunia sekarang telah berjalan didalam Kristus. bagi saya aplikasi yang dapat saya lakuakan secara pribadi yaitu kembali lagi kepada teks Alkitab yang berkata hidup didalam Dia, secara pribadi tanggung jawab saya yaitu saya harus hidup didalam Dia, atau secara harfiah berjalan didalam Dia. Apa itu berjalan didalam Dia? Yaitu saya berusaha menempatkan diri saya kepada standar dan sasaran yang benar untuk tetap berpegang kepada perintah Tuhan.

Pelayanan
Didalam pelayanan yang bisa saya lakukan dalam Aplikasi ini yaitu saya kembali menceritakan isi karya ilmiah ini kepada remaja, anak muda, atau orang tua yang kurang mengerti tentang pekerjaan keselamatan adalah pekerjaan Allah semata bukan dengan kemauan atau rencana manusia ataupun usaha yang dilakukan manusia supaya ia diselamatkan namun kasih karunia Allahlah yang berperan. Disamping itu juga saya berusaha menunjukkan kepada sesama atau jemaat apa bukti dari saya telah menerima kasih karunia itu yaitu dengan melakukan pelayanan untuk memberkati mereka dan memberikan contoh yang baik ketika melayani, tidak sombong, tidak angkuh akan tetapi memberikan makna dan kesan yang positif dihadapan mereka. Dengan tindakan semacam ini saya sudah berperan dalam memuliakan Allah melalui pekerjaan yang baik

Sosial
Peneliti juga akan memberikan paparan mengenai Aplikasi yang dapat saya lakukan sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia didalam kehidupan ber-sosial yaitu: memberikan contoh dan tindakan yang baik sebagai dasar dari saya melakukannya untuk Tuhan, dan tidak terlepas dari melakukan perbuatan yang baik kepada sesama manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J.L. Ch. Tafsiran Surat Efesus. Bandung: BPK, 1971.
 Basilea Schlink. Dunia Malaikat dan Roh Jahat. Malang: Gandum
Mas.2002
Bob Utley. Paulus Terbelenggu. Injil Tak Terbelenggu: Surat-Surat  
Penjara .Kolose. Efesus. dan Filemon. dan kemudian Filipi.Texas:
Bible Lesson International. 2011.
Brill, J. Wesley. Surat –surat Kepada Ketujuh Jemaat. Bandung: Kalam
Hidup,1970.
Charles F. Pfeiffer. Tafsiran Alkitab Wyclife Vol.3 .Malang: Gandum Mas.
2018.
Dr. Josef Köningsmann. SVD. Tafsiran Surat kepada umat di Galatia.
Surat kepada orang kudus di Efesus. Injil Markus .STFTK
Ledalero.1979
J.I Packer. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini. Jakarta: Yayasan Komuniksai
Bina. 2013.
Jaffray R.A. Tafsiran Surat Rasul Paulus kepada Orang Efesus. Makassar:
Yayasan Kalam Hidup, nd.
John Darne. Memahami Perjanjian Baru. Malang: Gandun Mas. 2014
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Merrill C. Tenney. Survey Perjanjian Baru. Malang:Gandum Mas.1995.
Packer, J.L. Dunia Perjanjian Baru .Surabaya: Yakin dan Gunung
Mas,1995
Soedarmo, R. Ikhtisar Dogmatika. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.
Sproul, R. C. Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen. Malang:
Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002.
The Analytical Greek Lexicon. New York.
Wiliam Barclay. Tafsiran Efesus Sehari-hari. Jakarta: BPK Gunung  Mulia.
2012.


[1] Wiliam Barclay, Tafsiran Efesus Sehari-hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 21
[2] Bob Utley, Paulus Terbelenggu, Injil Tak Terbelenggu: Surat-Surat Penjara (Kolose, Efesus, dan Filemon, dan kemudian Filipi). (Texas: Bible Lesson International, 2011), 82
[3] J.I Packer, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Komuniksai Bina, 2013), 270
[4] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, 141
[5] Charles F. Pfeiffer, Tafsiran Alkitab Wyclife Vol.3 (Malang: Gandum Mas, 2018)
[6] John Darne, Memahami Perjanjian Baru, (Hal. 385 - 390)
[7] Merrill C. Tenney, Survey Perjanjian Baru, (Malang:Gandum Mas,1995), 360 - 365
[8] Efesus 2:1-2, LAI
[9] E-sword-the Lord With An Electronic
[10] BMG Morphology Analysis, s.v. paraptomasin In Bible Works.Version. 7
[11] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap HariGalatia-Efesus (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 143
[12] Willaim Barclay, Tafsiran Efesus Sehari-hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 142
[13]  J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab:Roma Sampai dengan Wahyu (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2011), 107
[14] R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984),13
[15] Bdk. Dr. Josef Köningsmann, SVD, Tafsiran Surat kepada umat di Galatia, Surat kepada orang kudus di Efesus, Injil Markus (STFTK Ledalero, 1979) hlm. 88
[16] J.L. Ch. Abineno, Tafsiran Surat Efesus (Bandung: BPK, 1971), 44
[17] Basilea Schlink, Dunia Malaikat dan Roh Jahat, (Malang: Gandum Mas, 2002), 24
[18] R. E. Harlow, Ephessians in the Beloved (Canada: Everyday Publication INC, 1984), 13
[19] William Barclay, Pemahaman Alkitab Masa Kini, 147
[20] John R.W Stott, Efesus. Hal. 76
[21] Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab (Malang: SAAT, 1998), 159
[22] E-sword-the Lord With An Electronic
[23] Hasan Sutanto, PerjanjianBaru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjajian Baru, Jilid I (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003), 92
[24] Jay P. Green, The Interlinear Bible Greek/Engglish Volume IV (Michigan: Baker Book House Company, 1981), 907
[25] “gar” dapat diartikan “karena”, “tetapi”, “karena itu”, “bahkan”, “sesungguhnya”. “sebab”, “maka”, “lalu”, “memang”(Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjajian Baru, Jilid I&II). Dalam konteks ini, kata “gar” menunjukkan bahwa kasih karunia yang menyelamatkan itu benar-benar nyata atau tidak diragukan lagi, memang sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi atau sebuah kebenaran dan pernyataan yang dapat diterima.
[26] “Xariti” noun dative, Feminine, Singular, dari kata “Kharis” berarti grace, (anugerah, pemberian, kemurahan hati, pahala, keramahan, syukur, faedah) (Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan KonkordansiPerjajian Baru, Jilid I&II dan BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7) dengan maksud keselamatan adalah anugerah, pemberian dari Allah, kemurahan hati Allah sematamata.
[27] “este” verb Ind. Pres. Act. Pers. Plural, dari kata “eimi” I am (BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7)
[28] “sesosmenoi” Verb Participle, Passive, Nominatif, Maskulin, dari kata “sozo” berarti to save (menyelamatkan, melindungi, menyembuhkan) (Hasan Sutanto, PerjanjianBaru Interlinear Yunani-Indonesia dan KonkordansiPerjajian Baru, Jilid I&II dan BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7), (Dengan maksud menyelamatkan, menolong, melindungi dari bahaya, dari kebinasaan atau dari kematian
[29] “dia” Gen. Berarti through (melalui, dengan, oleh, dalam, demi, karena), (Hasan Sutanto, PerjanjianBaru Interlinear Yunani Indonesia dan Konkordansi Perjajian Baru, Jilid I&II) Dalam konteks ini keselamatan diperoleh karena iman.
[30] “pisteos”, noun Gen. Fem. Sing, dari kata “pistis” berarti faith, belief, trust (kepercayaan, iman, kesetiaan, keyakinan,ketergantungan, ajaran yang diimani), (BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7).
[31] “ouk” dari kata “ou” yang berarti not, no (tidak, bukan,tidak pernah, tidak bisa, jangan), (BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7) keselamatan tidak diperoleh bukan dari usaha atau tidak pernah melalui perbuatan manusia.
[32] “es” Prepotion Genitif dari kata “ek” yang berarti you (dari, berasal dari, berdasarkan, kamu sendiri),(BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7).Dalam konteks ini bahwa keselamatan tidak diperoleh berdasarkan perbuatan atau usaha manusia atau keselamatan tidak berasal dari usaha manusia tetapi berasal dari Allah
[33] “doron” yang berarti a gift (pemberian, persembahan) noun Nom. Neu. Sing.(BMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7).
[34] “Theou” dari kata “Theos” berarti God. Noun Gen. Mas. SingBMG Morphology, Word Analysis, In Bible Works Version 7). Dalam kontek ini hanya Allah yang dapat memberikan keselamatan kepada manusia.
[35] R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002), 263.
[36] Tafsiran Alkitab Masa Kini Jilid 3 (Jakarta: BPK Gandum Mas, 1976), 607
[37] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Jakarta: Gandum Mas dan LAI, 1974), 1848.
[38] Ibid., 1848.
[39] R. C. Sproul, Kebenaran-kebenaran Dasar Iman Kristen (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2002), 263-264.
[40] KBBI, pa·ra·doks n pernyataan yg seolah-olah bertentangan (berlawanan) dng pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks
[41] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, 157

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS MEDAN


1 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama