Skenario Drama Kain dan Habel [Praktek]


Skenario 1

SKENARIO CERITA KAIN DAN HABEL
Kejadian Pasal 4: 1-16
Oleh: Roland Simanullang
Pemeran Utama
1.    TUHAN
2.    Adam
3.    Hawa
4.    Kain (Kecil)
5.    Kain Besar
6.    Habel
7.    Iblis
Pemeran Tambahan
1.    Kambing dan domba
2.    Pohon-pohon
Prolog
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka sempurna dan murni; mereka belum berbuat kesalahan. Mereka suci dan tidak berdosa. Lalu Adam dan Hawa berdosa; mereka memberontak terhadap Allah. Dan Manusia bersama isterinya diusir Tuhan dari taman eden.
Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu.
Adegan 1
(Hawa berbincang-bincang dengan Adam bagaimana kehidupan mereka selanjutnya setelah diusir dari taman eden, dengan adegan adam sedang mengasah alat bertani dan hawa berpenampilan wanita hamil.)
Hawa:  Adam, suamiku... bagaimana kehidupan kita selanjutnya?? Aku sekarang sudah mengandung. Aku takut bagaimana yang akan terjadi selanjutnya. ( dengan muka putus harapan)
Adam: Tenang isteriku,  sekalipun Tuhan telah mengusir kita.  Kita harus yakin dan percaya kepada Allah. DIA pasti menolong kita.
Lagipula  ini semua karena kesalahan kita yang sudah melanggar perintah Tuhan. (sambil memngajak hawa duduk dan menyemangati hawa)

Prolog
Setelah beberapa bulan dan akhirnya tiba saatnya bagi Hawa untuk melahirkan/bersalin.
Adegan 2
Hawa: aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN. (Lalu Hawa bertanya kepada Adam)
Suamikusiapa nama anak kita, kita buat??
Adam:  kita akan menamainya Kain isteriku??
Hawa:  Bagus juga suamiku.
(sambil menggendong dan mencium kain)  Nama mu Kain ya nak. Semoga cepat besar dan menjadi anak yang baik ya!!!

Prolog
Kain pun tumbuh menjadi seorang anak kecil yang baik,  dan dia melihat ibunya sedang mengandung dan akan melahirkan.

Adegan 3
Kain:  Ibu..ibu.. sebentar lagi aku akan punya adik ya?? ( sambil mengeluarkan senyum yang tulus)
Hawa: Iya, anak ku.  Nanti kamu akan menjadi abang-abang.  Baik-baik sama adek nanti ya nak..!!

Prolog
Lalu Hawa melahirkan lagi seorang anak laki-laki, dan iya menamainya Habel.
Kain dan Habel bertumbuh bersama-sama sebagai saudara yang memiliki kebiasaan yang berlainan.
Ketika anak-anak itu dewasa, Kain menjadi seorang petani dan Habel menjadi seorang gembala.
Adegan 4
(Kain sedang berada di ladang, dan terlihat sangat kecapekan)
Kain: Aduh... capek juga kalo kerja ini-ini saja setiap hari.
Tapi tidak apa-apalah, aku akan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh, biar hasilnya banyak nantinya.
Prolog
 (ditempat lain,, di safana yang penuh rerumputan hijau terlihat Habel mengembalakan domba-dombanya)
Habel:  (sambil mengejar-ngejar domba-domba dan kambing2nya yang berlarian kesana-kemari) sini... Embekkkk.. jangan lari-lari, nanti kamu diterkam harimau tau.
(Domba-domba pun terkumpul kembali).


Prolog
Adam dan Hawa mengajar Kain dan Habel untuk berbakti kepada Tuhan.
Adegan 5
Adam & Hawa:  Anak-anak ku,, setelah kalian sudah mendapat hasil dari yang kalian kerjakan,, INGAT..!! kalian harus mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan Allah. Ya..nak ku!!
Habel:  Iya Ayah,Ibu.
Kain:  mengapa harus kita persembahkan ibu?? Supaya apa?
Adam:  Karena semua itu berasal dari Allah anak ku.. jadi memang harus kita kembalikan kepada Allah dan memberikan yang terbaik pada-Nya.
Kain: Haruskah itu??
Hawa:  Iya,,Anakku.. lakukan sajalah!!
Prolog
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian hasil dari tanah itu kepada Tuhan sebagai korban persembahan. Dan habel juga mempersembahkan korban persemahannya yaitu dari anak sulung kambing dombanya yakni lemak-lemaknya.
Allah menerima persembahan Habel sebab Habel beriman kepada Allah. Tetapi Allah tidak menerima persembahan dari Kain sebab Kain tidak beriman kepada Allah.

Adegan 6
Kain:  (sambil membawa korban persembahannya) 
Repot juga ternyata,, tapi ya..sudahlah.. aku lakukan saja..  nanti Ayah sama Ibu marah pula sama ku.
(lalu Kain mempersembahkan korban persmbahannya)

Prolog
Ditempat lain, Habel juga mempersembahkan korban persembahannya.
Adegan 7
Habel: (sambil membawa persembahan)
Tuhan.. inilah persembahanku.  Semoga berkenan bagi-Mu,, sebab hanya ini yang bisa ku persembahkan dari segala yang ku punya.
Prolog  (tiba-tiba seperti kilatan menyambar korban persembahan Habel, dan persembahan Kain tidak di indahkan Tuhan)
Lalu hati kain menjadi sangat panas dan mukanya muram.
Adegan 8
Tuhan: Mengapa hatimu panas? Dan mukamu muram?  Apakah muka mu tidak akan berseri jika engkau berbuat baik?/ tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip didepan pintu, ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.
(iblis posisi mengintip didepan pintu)
Kain: adik Ku..!!   Marilah kita pergi kepadang..
Habel:  Kita mau ngapain bang?
Kain: sudah.. Ikut saja.
(lalu mereka pun pergi,, dan setelah mereka tiba dipadang.....)
Kain: (mengambil batu, lalu memukul Habel adiknya dan membunuhnya)... mati kau...mati kau...  rasakan ini... rasakan...

Prolog
Habel pun mati terbunuh ditangan kakaknya sendiri yaitu Kain. Lalu Kain meninggalkan dia.
Lalu Tuhan berfirmann:
Adegan 9
Tuhan: kain..!!!  dimana Habel adikmu?
Kain:  Aku tidak tahu!  Apakah aku penjaga adiku??
Tuhan: Apakah yang telah engkau perbuat ini??   Darah adikmu berteriak kepadaku dari tanah.  Maka terkutuklah engkau..!! terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.
Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak sepenuhnya lagi mnghasilkan bagimu.  Dan engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara dibumi.
Kain:  Hukuman ku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung.  Engkau sudah menghalau aku dibumi, dan aku menjadi seorang pelarian, maka barang siapa yang bertemu dengan ku, tentulah aku akan dibunuh.

Tuhan: sekali-kali tidak..!!  barang siapa membunuh kain, akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat.  (Lalu Tuhan memberi tanda kepada Kain)


Prolog
Lalu kain pergi dari hadapan Tuhan dan ia menetap di tanah Nod, disebelah timur Eden.


Skenario 1

Skenario Drama Kain dan Habel
Kejadian 4:1-16
Oleh: Suhandri Simanullang
A.   Pemeran tokoh:
1.    Kain
2.    Habel
3.    Hawa
4.    Allah
5.    Adam
6.    Anak-anak Adam & Hawa yang lain
Pemeran Tambahan
7.    Domba-Doma
8.    Iblis
9.    Aksen Pohon
B.   Tugas pemeran:
Anak-anak Adam dan Hawa yang lain     : membantu Hawa
  memasak didapur
Aksen Pohon                                                : memegang pohon pada
  Saat adegan drama 
   sisaksikan

ooooooooooooOOO0OOOooooooooooooo
Adam dan Hawa adalah manusia pertama di dalam awal peradaban dunia yang tertulis didalam Kejadian 1:27, mereka memiliki dua anak tertua yaitu Kain dan Habel. Mereka adalah keluarga pertama dalam sejarah.
Kisah Kain dan Habel (Kejadian 4:1-16) menunjukkan ibadah dan hubungan manusia dengan Allah setelah komunikasi antara manusia dengan Allah dirusak. Akan tetapi ada sebuah konflik antara dua bersaudara tersebut, dimana adanya kecemburuan yang menimbulkan dendam dan berujung kepada pembunuhan. Bagaimana kisah Kain dan Habil diperagakan oleh semester 3?, marilah kita sama-sama menyaksikan.

(Prolog)          :  Hawa isteri manusia itu sedang melahirkan anak kedua tertua mereka. rasa suakcita mereka rasakan karena mereka diberkati Tuhan atas lahirnya anak mereka, anak itu diberi nama Habel.

Hawa              : “aku berbahagia atas kelahiran anak kita ini, elok rupanya dan terlihat anak yang baik”
Adam              : “demikian jugalah aku isteriku, aku pun berbahagia”
(Prolog)          : sementara itu Kain sedang memasuki rumah mereka dan lekas ingin melihat ibunya yang sedang bersalin dan ingin melihat adiknya Habel
Kain                : “Ibu itukah adikku itu?, betapa eloknya dia pa!”, “aku ingin mengajaknya bermain, apakah bisa ibu?”
Hawa              : (sambil tertawa dan memandang suaminya Adam) “adikmu masih lemah, ia belum mampu untuk bermain sepertimu”
Kain                : (sedang mengelus Habel)
Hawa              : “tunggu sampai dia besar maka kalian akan bermain bersama”.

Seiring waktu berjalan, Kain dan adiknya Habel bertumbuh bersama, bermain bersama, dan menjelajah hutan didekat kediaman mereka, mengeksplorasi lingkungan mereka dan suka memperhatikan hewan-hewan didalam hutan. Kian hari Kain dan Habel bertumbuh menjadi dewasa hingga akhirnya mereka memiliki pekerjaan masing-masing dan berpisah. Habel menjadi gembala kambing domba adapun Kain menjadi petani. Mereka juga memiliki adik-adik yang membantu ibunya untuk memasak didapur.

Kain                : (sedang mengelola tanah yang akan dijadikan lahan untuk menanam berbagai jenis tanaman) “lelah dibawah terik matahari” (kemudian mengambil botol tempat minum dan meneguk sejumlah air).
Habel             : (memiliki banyak kambing dan domba peliharaan, adapun hewan peliharaannya tersebut memiliki kondisi yang baik dan sehat, pekerjaannya sehari-hari adalah membawa hewan peliharaannya kepadang rumput untuk melalap. Sembari menunggu domba melalap rumput ia suka berteduh di bawah pohon dan memperhatikan domba-dombanya ketika sedang melalap rumput.)

(prolog)          : adapun Hawa beserta anak-anaknya yang lain sedang memasak didapur untuk mereka bisa menikmati  hasil pertanian Kain dan ternak Habel. Demikianlah yang mereka lakukan setiap harinya dan ketika berkumpul dirumah mereka bisa merasakan kebersamaan dalam keluarga dan kerluarga ini adalah keluarga yang berbahagia.

Kain                : “aku hendak mempersembahkan sebagian dari hasil pertanianku kepada Allah sebagai korban persembahan”, (kemudian mengambil beberapa hasil tani seperti buah-buahan dan hasil tani lainya.
Hawa              : “akupun ingin mempersembahkan korban bakaran dengan menyembelih anak sulung kambing dombaku, aku akan mengambil lemak-lemaknya sehingga Tuhan akan menyukainya sebagai korban persembahanku untuknya”

Demikianlah mereka selalu mempersembahkan korban pesembahan setiap kali pada waktu untuk “mempersembahkan korban kepada Tuhan”. Adapun Habel korban persembahan yang ia berikan kepada Tuhan di indahkan-Nya karena ia mempersembahkannya dengan beriman akan apa yang dia perbuat kepada Tuhan dan ia mengerti tentang korban persembahan itu, sehingga bersukacitalah Habel. Akan tetapi tidak demikian untuk Kain, korban persembahannya tidak diindahkan-Nya, karena Kain tidak melakukannya dengan pengertian dan iman yang benar, sehingga hatinya pun sangat panas saat Tuhan menolak persembahannya.

Allah               : “Kain, Kain, Kain.... “Mengapakah hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi ketahuilah, jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip  didepan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.

Begitulah hati Kain sangat panas sehingga mukanya pun murung, apalagi ketika ia ditegor oleh Tuhan dan ia merasa cemburu kepada Habel.
Kain                : (memasuki rumah dengan sikap marah) “habel!, habel! ,bapa, ibu diamanakah Habel?”
(adapun adik-adiknya takut karena sikap dan ekspresi Kain yang sedang marah sambil bertanya-tanya dalam hati mengapa kakaknya demikian).
(iblis sedang mengincar-incarnya di depan pintu rumahnya)

Kemudian Kain segera menyusul Habel ketempat peternakan dan menemukannya disana. Sementara itu Ayah-Ibu dan adik-adik mereka takut dan curiga kepada Kain apa yang akan dilakukan Kain terhadap adiknya dan mereka juga hendak ingin menyusul mereka.

Kain                : “Habel, marilah kita pergi ke padang” (tempat kambing dan domba-dombanya diberi makan, kemudian mereka pergi kesana).

Sesampai di padang dengan kemarahan yang meluap-luap, Kain segera meraih sebuah balok kayu dan kemudian ia memukulkannya kepada Habel, sehingga meninggallah Habel.(aksi Kain membunuh Habel)

Kemudian dilihatnyalah Ayah-Ibunya serta adik-adiknya sedang menuju tempat ia melakukan aksinya ia kemudian bersembunyi kesemak sambil mengintai mereka yang sedang mendapati mayat Habel.

Betapa sedihnya Adam, Hawa, adik-adiknya melihat anak yang sangat mereka sayangi sudah tidak bernyawa lagi. Dengan isak tangis yang sangat dalam, bagaimana seorang keluarga yang berbahagia kehilangan sosok yang sangat baik dalam keluarga.
Jika dibanyangkan, peradaban dunia yang waktu itu masih sepi karena belum banyak orang, hidup dalam kesederhanaan, konsep hidup yang alamiah, dan ketulusan hati mereka mungkin masih lebih murni dan menjadi awal daripada manusia membunuh sesamanya. Betapa sedihnya mereka pada saat itu, ketika harus kehilangan anak yang mereka sangat sukai.

Kemudian Kain hendak pergi ketempat yang dianggapnya aman, namun Firman Tuhan datang kepada Kain untuk meminta pertanggung jawaban:
Allah               : “Kain..., Kain..., Dimana Hbel, adikmu itu?
Kain                :”Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?
Allah               : “Apakah yang telah kau perbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.” “Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu. Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi."

Kain                : (Sembari ketakutan) “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung. Engkau menghalau aku sekarang dari tanah ini dan aku akan tersembunyi dari hadapan-Mu, seorang pelarian dan pengembara di bumi; maka barangsiapa yang akan bertemu dengan aku, tentulah akan membunuh aku.”
Allah               : "Sekali-kali tidak! Barangsiapa yang membunuh Kain akan dibalaskan kepadanya tujuh kali lipat."

Kemudian TUHAN menaruh tanda pada Kain, supaya ia jangan dibunuh oleh barangsiapapun yang bertemu dengan dia. Lalu Kain pergi dari hadapan TUHAN dan ia menetap di tanah Nod, di sebelah timur Eden.



Aplikasi
Setiap kita memiliki panggilan hidup masing-masing, setiap kita memiliki kemampuan dan kelemahan masing-masing. Namun terkadang dengan panggilan yang kita miliki, kita tidak mengerti apa dan bagaimana kita harus memberikan sesuatu kepada Tuhan. Ibadah yang setia hanya dapat kita lakukan apabila kita tulus dan memberikannya dengan iman, yang artinya kita melakukan sesuatu walau tanpa kita tahu dengan pasti apa tujuannya, namun karena Tuhan yang memerintahkannya, mari kita lakukan. Dengan kisah ini kita bisa mengintrospeksi diri kita:
-       Apakah kita benar-benar mengenal Allah kita?
-       Apakah kita melakukan sesuatu dengan tulus dan dari hati kita?
-       Apakah kita pernah bersikap egois dan iri hati kepada saudara atau teman kita hanya karena

Jalan keluar dari masalah bukanlah menciptakan masalah, karena hanya akan membuat kita menjadi lebih egois dan membuat masalah tersebut semakin besar. Dan setiap perbuatan mendapat konsekuensi dari Tuhan, kita yang telah dipanggil Tuhan seharusnya mengikuti jalan Tuhan dan melakukan segala sesuatu dengan iman, sehingga kita akan mendapatkan apa yang telah Tuhan persiapkan untuk kita. Sekian dan terimakasih, Tuhan Yesus memberkati.
SEKOLAH TINGGI TEOLOGI BAPTIS MEDAN

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama