Eksposisi Akulah Pokok Anggur yang Benar Yohanes 15:1-8

True Vine

Latar Belakang Perumpamaan Pokok Anggur
Sebelum membahas semua dimensi dan indikator dalam penelitian ini sangat penting untuk mencari latar belakang daripada konteks nats yang diangkat. Kegunaan mencari tahu latar belakang daripada sebuah teks maka akan memperkaya informasi dan bobot dalam penulisan sehingga informasi yang didapatkan berkualitas. Untuk membahas mengenai latar belakang daripada kisah perumpamaan tentang tanaman anggur penulis mengaitkan serta mencoba melihat dari pandangan gereja awal yaitu gereja Ortodoks tradisi Bizantium mengenai teks Yohanes 15:1-10. Di dalam traisi ini idea mengenai pohon kehidupan di Taman Eden  yang terdapat pada permulaan kitab Kejadian dan didalam kitab Amsal, kemudian dikembangkan dan digabungkan dengan tradisi mengenai salib Yesus Kristus. Jadi menurut pandangan gereja Ortodoks salib yang terbuat dari kayu (dan kayu berasal dari pohon) itu menjadi wakil dari pohon kehidupan. Yesus Kristus yang tersalib dan mati itu, sebenarnya merupakan sumber dari kehidupan (baru). Salib yang adalah lambang kematian berubah menjadi lambang kehidupan. Idea berupa kombinasi pohon kehidupan dan salib ini kemudian mewarnai kehidupan dan pohon kehidupan adalah Yesus Kristus. Meskipun sama-sama setuju bahwa salib adalah kemenangan atas dosa dan maut, berbeda dengan tradisi Kristen Barat-Latin yang lebih menekankan salib sebagai kemenangan atas dosa, tardisi Kristen Timur Yunani lebih menekankan salib sebagai kemenangan atas maut. Oleh karena orang Kristen di Indonesia mewarisi tradisi Barat-Latin, maka kita lebih biasa dengan pemahaman yang pertama, dan hal itu mewarnai interpretasi peneliti mengenai Yohanes 15.
Pada kesempatan ini peneliti akan mencoba mendekati teks melalui pendekatan yang kedua. Ada sebuah gambar dari sebuah ikon[1] Bizantium yang berasal dari abad ke-17, yang mengambarkan Yesus sebagai Pohon Kehidupan (lihat gambar) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “ikon” (kata benda) yang berartikan lukisan, gambar, gambaran pada panel kayu yang digunakan dalam kebaktian gereja Kristen Ortodoks. Yesus memegang Kitab Suci, dan sekaligus dan itu menggambarkan apa yang dikatakan Yohanes 15:7 mengenai murid-murid yang harus tinggal di dalam Yesus dan FirmanNya tinggal di dalam mereka. Di atas kepala Yesus ada gambar burung yang melambangkan Roh Kudus penghibur (Yoh 14:15-31. Pohon Kehidupan digambarjan sebagai pohon besar yang kokoh dan mempunyai banyak cabang. Jelaslah bahwa ini bukan pokok anggur seperti biasanya diketahui dikebun-kebun anggur. Kita hanya bisa menandainya sebagai pokok anggur oleh karena ada tandan-tandan buah anggur yang digambarkan bergelantungan disetiap cabang. Disetiap cabang ada gambar dari para murid, yang jumlahnya 11 orang, rupanya dengan mengingat bahwa ketika Yesus berbicara dengan murid-murid, Yudas sudah pergi (Yoh 13:30) 5 diantara 11 murid ini memegang kitab, sedangkan yang tidak memegang kitan, memegang buah anggur, tetapi ada juga yang memegang kitab dengan tandan buah anggur didekatnya. Apa artinya? Karena Alkitab sudah dipegang oleh Yesus, maka peneliti menafsirkan kelima kitab itu sebagai karya-karya teologis penting dalam tradisi ortodoks, dan dengan demikian gambar murid-murid di dalam ikon ini tidak perlu diartikan murid-murid dan rasul-rasul yang mengenal Yesus secara pribadi saja, tetapi juga penerus-penerus mereka di zaman-zaman yang lebih emudian. Nanti di dalam uraian tafsir yang lebih rinci saya mau memberi tafsiran yang agak "nakal" terhadap gambar tersebut. dan diatas terdapat gambar seirang tua dengan oakaian berwarna terang, dan biasanya tokoh seperti itu mengambbarkan Tuhan Allah. Seperti biasa dalam tradisi Ortodoks, Allah Tritunggal selalu muncul dalam setiap kesempatan


Peran Allah Tritunggal (Ayat 1)

Yesus Sebagai Pokok Anggur
          Kata “Akulah”; “pokok anggur yang benar”, kedua kata ini terkait, tidak terpisahkan sama sekali. Dimulai dari kata “pokok anggur”, secara umum setiap tanaman memiliki pokok sebagai dasar dan penyangga utama pada setiap bagian-bagian terpenting dalam tumbuhan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “pokok sebagai batang kayu dari pangkal ke atas; pokok kayu”[1], maka tanaman anggur dalam budaya agraris bangsa Yahudi zaman dahulu adalah pokok anggur memiliki perhatian tersendiri. Jika ditinjau dari makna bahasanya pokok anggur dalam KJV menuliskan vine bahasa Yunani menuliskan a;mpeloj (ampelos) artinya vine (tumbuhan anggur), grapevine (pohon anggur) dalam bentuk kata benda feminim. Tidak ada makna bahasa yang khusus atau makna kiasan dari pokok anggur jika didalam konteks kisah perumpamaan, sehingga pokok anggur dapat diterjemahkan harfiah yaitu pohon anggur, batang pohon anggur akan tetapi kata "akulah pokok anggur" tidak juga tepat jika diartikan "Aku seperti pokok anggur". Itu berarti kata tersebut mempergunakan bahasa metafora yang bukan hanya sekedar bahasa kiasan. Secara harfiah Yesus jelas bukan pokok anggur, tetapi hal tersebut tidak bisa dimengerti tanpa gambaran pokok anggur. Kira-kira kekuatannya sama seperti menyebut Allah sebagai "Bapa", Allah jelas tidak sama dengan semua bapa di dunia ini, yang merupakan laki-laki dan punya anak secara biologis. Tetapi Allah tidak dapat dimengerti tanpa gambaran Bapa.. Kemudian kata ini digandeng dengan kata sifat yaitu “true” (benar), pokok anggur yang benar h` avlhqinh. (he alethine). Di dalam Perjanjian Lama ada juga ungkapan pokok anggur yang benar (Yer 2:21) (ibrani: emeth).” Maksudnya pokok anggur tersebut yang dijamin pasti berbuah banyak dan baik, tidak busuk. Septuaginta mengartikan alethine yang berarti "benar, sejati" dan pengaruh hasilnya kelihatan dalamnya. Mengapa masih perlu diterangkan demikian? Apakah ada pokok anggur yang tidak benar? Seorang professor E.G Singgih menjawab ini dalam artikelnya Ranting-Ranting dari Pohon Kehidupan menuliskan:
Dunia ini selalu mengklaim diri sebagai pokok anggur, sebagai sumber kehidupan, tetapi sebenarnya dunia inipun bersumberkan pada Yesus Kristus sebagai pohon kehidupan.”[2]
Dari penyataan diatas E.G Singgih memiliki perspektif bahwa dunia ini dan segala hal didalamnya tidak akan dapat memberikan hidup yang sejati kecuali menjadikan Yesus sebagai pohon kehidupan.
          kata “Akulah” dalam perikop ini merupakan ungkapan “akulah” yang ketujuh dalam kitab Yohanes. menggunakan kata VEgw, eivmi “ego eimi”, ungkapan yang sarat mengenai siapa Allah atau diri Allah, dalam Perjanjian Lama kata ego eimi dituliskan kepada Allah yang hidup Allah orang Israel yang menyatakan dirinya ada dan dialah satu-satunya Allah yang hidup dan ada kepada nabi Musa. Ungkapan ego eimi merupakan nama yang sakral bagi tradisi Yahudi dalam KJV menuliskan I AM THAT I AM hy<+h.a,( rv<Ã¥a] hy<ßh.a,( dalam artian yang paling tepat “Akulah yang Aku ada”. Artinya dari konteks Bahasa bahwa pengakuan Yesus sebagai pokok anggur merupakan Ia yang mengklaim bahwa dirinya adalah Allah yang sejati itu. Maka pernyataan “Akulah pokok anggur yang benar” merupakan the truth claim dari Yesus sendiri. Arti yang tepat dari kata aslinya alethinos yaitu benar, sungguh-sungguh, asli ialah ini. Maka dapat diterima dua hal daripada analisis ini yaitu: 1) Ia adalah “ego eimi” sebagai pokok anggur maka bagi orang percaya tidak mungkin akan meragukan lagi kepada siapa ia harus bersandar untuk mendapat hidup; 2) ia adalah pokok anggur satu-satunya tidak ada suatu apapun didunia yang dapat memberikan hidup yang sejati yang didalamnya mereka akan memperoleh kuasa untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kasih yaitu buah-buah Roh, hanya Yesuslah pokok anggur yang benar.
          Adalah kenyataan yang aneh bahwa di dalam PL yaitu bahwa simbol pokok anggur tidak pernah digunakan, kecuali dalam pengertian degenerasi. Mungkin sebutan PL terpenting dalam hubungannya dengan klaim Yesus, akulah pokok anggur yang benar (ay 1) adalah Mazmur 80, yang memadukan ungkapan tetang Israel sebagai “pokok anggur dari Mesir” (Mzm 80:9) dengan “anak manusia yang telah Kau teguhkan bagi diri-Mu” (Mzm 80:18). Tetapi pokok anggur itu “dibakar dengan api” (Mzm 80:17). Israel telah gagal dalam peranan jangka Panjang yang diharapkan Allah darinya, yaitu untuk menjadi “terang bagi bangsa-bangsa” (Yes 49:6), dan untuk membawa keselamatan Allah “sampai ke ujung bumi”. “Pemilihan Israel bertepatan dengan janji berkat Allah bagi bangsa-bangsa”. Namun, Israel lebih tertarik pada dewa-dewi dari bangsa-bangsa di sekelilingnya, ketimbang pada potensinya untuk merasuki bangsa-bangsa itu sebagai utusan Allah. Penyelewengan Israel dari maksud Allah, yang sudah berlangsung berabad-abad, sekarang mencapai titik terendahnya dalam penolakan dan penyaliban Sang Mesias, serta penolakan kerajaan Allah (bdn Yoh 19:15). Meskipun demikian, maksud Allah yang diabaikan Israel melalui kemurtadannya, tidak akan gagal. Maksud itu dipegang teguh oleh Dia yang sekarang berdiri di tengah Israel, dan di antara murid-muridNya. ( saran: apa makna khusus mengenai pokok anggur (kepentingan, social, keluarga, ekonomi, budaya, dll)
          Setelah peneliti menganalisa tentang Yesus sebagai pokok anggur sumber hidup setiap orang, berangkat dari situ ada beberapa penafsiran membandingkan Yesus sebagai pokok anggur yang benar dengan orang Israel sebagai pohon anggur yang rusak. Dalam hal ini William Barclay menuliskan : “Jesus calls himself the true vine. The point of that word ALETHINOS, true, real, genuine, is this. It is a curious fact that the symbol of the vine is never used in the Old Testament apart from the idea of degeneration. The point of Isaiah’s picture is that the vineyard has run wild. Jeremiah complains that the nation has turned into ‘degenerate and become a wild vine.’ It is as if Jesus said: ‘You think that because you belong to the nation of Israel you are a branch of the true vine of God. But the nation it is; a degenerate vine, as all your prophets saw. It is I who am the true vine. The fact that you are a Jew will not save you. The only thing that can save you is to have an intimate living fellowship with me, for I am the vine of God and you must be branches joined to me.’ Jesus was laying it down that not Jewish blood but faith in him was the way to God’s salvation. No external qualification can set a man right with God; only the friendship of Jesus Christ can do that”[3] (Yesus menyebut diriNya sendiri pokok anggur yang benar. Maksud dari kata ALETHINOS, benar, sejati, asli, adalah ini. Merupakan fakta yang aneh / mengherankan bahwa simbol pohon anggur tidak pernah digunakan dalam Perjanjian Lama terpisah dari gagasan kemerosotan (moral/rohani). Tujuan penggambaran Yesaya adalah bahwa kebun anggur itu telah menjadi liar. Yeremia mengeluh karena bangsa itu telah menjadi ‘pohon anggur yang merosot dan menjadi liar’. Seakan-akan Yesus berkata: ‘Kamu mengira bahwa karena kamu termasuk bangsa Israel maka kamu adalah ranting dari pokok anggur yang benar dari Allah. Tetapi bangsa itu adalah pokok anggur yang merosot / membusuk, seperti yang dilihat oleh semua nabimu. Akulah pokok anggur yang benar. Fakta bahwa kamu adalah orang Yahudi tidak akan menyelamatkanmu. Satu-satunya hal yang bisa menyelamatkanmu adalah dengan mempunyai persekutuan yang intim dengan Aku, karena Akulah pokok anggur Allah dan kamu harus menjadi ranting-ranting yang berhubungan denganKu’. Yesus sedang mengajarkan bahwa bukan darah Yahudi tetapi iman kepadaNya merupakan jalan keselamatan Allah. Tidak ada persyaratan lahiriah bisa membuat manusia benar di hadapan Allah; hanya persahabatan dengan Yesus Kristus bisa melakukan hal itu).
          Akan tetapi ada beberapa pandangan dari para teolog yang memberi penjelasan mengenai bahwa Israel merupakan pokok anggur yang tidak baik dan kontras dengan Yesus. Seperti dituliskan oleh Barret dalam bukunya The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text. Mengatakan “bahwa dalam Yeremia 2:21; Yesaya 5:1-7; 27:2-6, Yehezkiel 15:1-8, dan Mazmur 80:9-16 sebagai nas Perjanjian Lama yang mengkiaskan Israel sebagai pokok anggur yang tidak berbuah baik.”[4] Dilanjutkan lagi oleh Carson dalam bukunya The Gospel According to John menuliskan “bahwa setiap kali kiasan mengenai sikap hati bangsa Israel ini dipakai, kegagalan mereka dan ancaman hukuman Allah ditekankan, Tuhan Yesus menjadi pokok anggur yang benar. Dia tidak gagal seperti Israel.”[5]
          Perumpamaan menjadi salah satu bentuk pengajaran yang dilakukan Yesus kepada murid-muridNya. Gambaran-gambaran dan ide-ide tersebut sangat berhubungan terhadap bagian dari warisan bangsa Yahudi. Di dalam Perjanjian Lama tiap kali Israel digambarkan sebagai pokok anggur dan kebun anggur Allah. “Kebun anggur Tuhan adalah rumah Israel” (Yes 5:1-7) “Namun Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur pilihan”; itulah merupakan berita Tuhan kepada Israel melalui nabi Yeremia (Yer 2:21). Didukung oleh Bruce Milne dalam bukunya Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini Yohanes yang menuliskan “pokok anggur adalah lambang utama bangsa Israel. Sebuah pokok anggur raksasa dari emas menghiasi pintu gerbang Bait Allah, dan uang logam yang dicetak di Israel selama pemberontakan melawan Roma (68-70 sM) juga melambangkan pokok anggur.”[6]
          Berbeda dari pokok anggur yang memusnahkan diri akibat ketidaktaatannya, “Yesus adalah pokok anggur yang benar.” Dialah Anak yang taat, dan melalui pengorbananNya dan misi berikutnya, apa yang taat, dan melalui pengorbananNya dan misi berikutnya, apa yang berabad-abad menjadi maksud Allah bagi Israel akan digenapi, bangsa-bangsa akan diselamatkan, dan semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat (Kej 12:2).
          Mengenai bangsa itu telah menjadi pokok anggur yang rusak seperti dilihat oleh semua nabi-nabi. Aku inilah pokok anggur yang benar. Kenyataan bahwa dirimu adalah orang Yahudi tidak akan menyelamatkan engkau. Satu-satunya yang dapat menyelamatkan kamu ialah mempunyai hubungan persekutuan yang erat dengan Aku, karena Akulah pokok anggur yang benar dan kamu haruslah merupakan ranting-ranting yang dihubungkan dengan Aku.
          Ketika Yesus memberikan gambaran pokok anggur ini, Dia tahu benar apa yang Dia sedang katakan. Sampai sekarang ini pokok anggur tumbuh di mana-mana di palestina. Ia merupakan suatu tanaman yang minta banyak perhatian jika diharapkan untuk menghasilkan buah-buah yang terbaik biasanya tumbuh diatas tanah yang berbentuk teras. Tanah yang harus benar-benar bersih. Biasanya dirambatkan di atas jari-jari; terkadang membiarkan merambat di atas tanah dengan disangga oleh batang-batang kecil yang bercabang; terkadang juga tumbuh sekitar pintu rumah; tetapi dimana saja ia tumbuh persiapan yang cermat mengenai tanah itu tdaklah hal pokok. Ia tumbuh dengan subur sehingga seteknya harus ditaman pada jarak duabelas kaki satu dari yang lain, sebab ia akan merambat dengan cepatnya diatas rumah.[7]
          Nah, dari semua penjelasan-penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa tujuan Yesus berbicara mengenai pokok anggur adalah ia menyatakan bahwa dirinya berbeda dengan orang-orang Israel: Yaitu Yesus merupakan pokok anggur yang benar: bahwa ia merupakan sumber kehidupan, tanpa Yesus tidak ada satupun orang percaya yang akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaannya. Dan dibandingkan dengan orang-orang Israel yang merupakan bukanlah pokok anggur dari Mesir, maksudnya mereka sendiri benar-benar tidaklah memiliki kuasa sebagai tonggak atau pembawa sandaran hidup bangsa-bangsa terkhususnya dalam rencana keselamatan bahwa mereka sendiri pun merupakan orang bekas jajahan Mesir. Sehingga selanjutnya Yesus menyatakan bahwa ranting harus berada pada pokok anggur supaya ia dapat berbuah begitupun murid-murid harus tinggal dalam Yesus supaya berbuah.
Pernyataan ini didukung oleh Tasker dalam bukunya Tyndale New Testament Commentaries menuliskan:
“Jesus’ description of Himself as the true, or ‘genuine’, vine, implies that Israel had been an imperfect foreshadowing of what was found to perfection in Himself. He is what God had called Israel to be, but what Israel in fact had never become. With Him therefore a new Israel emerges, the members of which draw their spiritual sustenance from Him alone”[8]
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa penggambaran Yesus tentang diriNya sendiri sebagai pokok anggur yang benar atau ‘asli / sejati’ secara tak langsung menunjukkan bahwa Israel merupakan bayangan yang tidak  sempurna tentang apa yang didapati secara sempurna dalam diriNya sendiri. Allah memang memanggil bangsa Israel untuk menjadi seperti Dia, tetapi faktanya Israel tidak pernah menjadi seperti Dia. Karena itu dengan kehadirannya sehingga muncul Israel yang baru, dimana anggota-anggotanya menyerap makanan rohani dari Dia saja. Sehingga sangat berkesinambungan akhirnya di ayat 5 Ia menyatakan bahwa murid-murid adalah ranting-rantingnya, artinya Ia sebagai sumber makanan. Dan Leon Morris juga menyatakan demikian: “Jesus does not say that the church is the vine but that He is. The church is no more than the branches which are ‘in’ the vine”[9] (Yesus tidak mengatakan bahwa gereja adalah pokok anggur tetapi bahwa Ia adalah pokok anggur. Gereja tidak lebih dari ranting-ranting yang ada ‘dalam’ pokok anggur).
          Maka menurut judul perikop ini yang dituliskan “Yesus sebagai pokok anggur”, maka ini merujuk kepada pemahaman dasar atau yang fundamental terlebih dahulu bagi orang percaya mengenai “I am the true vine”, karena tanpa adanya pemahaman ini maka orang percaya akan sulit untuk mengikuti perintah setelah ayat ini yakni “tinggallah dalam aku”. Kata “menjadikan” disini adalah secara rohani, batin, ada keyakinan dihati yang menyatakan bahwa Yesus adalah pokok anggur bagi kehidupan rohaninya; sumber hidup bagi kehidupan rohaninya dan akan ada resiko ketika hidup tanpanya.

Bapa Sebagai Pengusaha Pokok Anggur
          Pada perikop kedua penulisan dalam judul besar “Peran Allah Tritunggal” fokus kepada subjek yang ada didalam perumpamaan yang mengelola objek yaitu pokok anggur. Perlunya melakukan eksplorasi kepada subjek ini adalah karena informasi tentang keberlangsungan dan ke-eksistensi-an objek akan dapat diketahui. Bahkan didalam keberadaan sebuah objek terjadi oleh karena adanya subjek yang melakukannya bahkan yang bertanggung jawab akan objek tersebut.
          Keberadaan itu juga yang ada pada perumpamaan dalam Yohanes 15:1-8, disana disebutkan “Bapa-Kulah pengusahanya”. Objek mulai disebutkan mulai dari ayat 2. Peneliti memahami teks ini bahwa Yesus bukanlah objek dalam perumpamaan yang akan diteliti akan tetapi seorang pengusaha yang mengusahakan pokok anggurnya yaitu tepat pada ranting-rantingnya. Jikalau pun peneliti menjadikan Yesus sebagai objek yang dikelola, didasari konteks nats tersebut tidaklah menyatakan demikian karena bukti teks sebagai analogi tidak ada justru fokus mengarah kepada ranting-ranting, bahkan substansi keberadaan Yesus dengan Bapa pun tidaklah berbeda. Bahkan keutamaan kedua-duanya pun samanya penting, Yesus adalah sumber hidup yang tak terpisahkan dan Bapa juga pengelola yang tak terpisahkan, salah satu dari keduanya pun tak boleh tidak diikutsertakan. (Perlu referensi dari buku)
          Apabila dianalisis dari tata bahasa ‘pengusaha’ dalam bahasa asli gewrgo,j (georgos) kasus nominative dan gender maskulin diartikan sebagai kata umum untuk “petani” KJV = husbandman; NIV = gardener; NAS = vinedresser, semua kata tersebut dapat langsung diterjemahkan menjadi petani. Terjemahan sebagi “petani” sangat akurat dan spesifik didalam konteks perumpamaan jika dibandingkan dengan kata “pengusaha”, karena kata pengusaha adalah sebuah kata umum terhadap sebuah usaha. Dr. Singgih menyatakan “kata “georgos”, dari situ muncul nama orang “George” yang sebenarnya berarti petani.”[10] Mungkin isitlah ini tidak cocok untuk Allah sehingga menggunakan istilah “pengusaha” agar lebih elegan atau bahasa Indonesia tidak baku keren. “Tetapi juga dari konteks kehidupan dalam PL hubungan Tuhan Allah dengan umat Israel sering digambarkan sebagai pengusaha kebun anggur dan tanaman-tanaman anggurnya.”[11]
          Menurut teks Alkitab dapat dipahami bahwa pengusaha tersebut snagat memperhatikan pokok anggurnya, dan terutama ranting-rantingnya, yang tidak berbuah dipotongnya dan yang berbuah dibersihkannya, supaya berbuah lebih banyak lagi. Kata dipotong sinonim dengan diambil, dikerat, dipenggal, artinya mengambil sesuatu yang tidak berguna dari sebuah kumpulan yang berguna. Bahasa Yunani menuliskan ai;rei (airei) kata aktif, bentuk kasus indikatif orang ke-3 tunggal dari kata airo, kata ini dipakai terhadap tindakan subjek terhadap sebuah benda dengan cara paksa. Dalam KJV dan NIV menuliskannya “take away”, yang artinya mengeluarkan, mengambil. Ayat ini telah dituliskan dengan macam-macam sajian terjemahan. “Kaum Calvinis dalam tujuan mereka menegakkan doktrin abad 16 "OSAS" dari John Calvin, kata "airei" itu diartikan dengan "mengangkat" saja tetapi tidak sampai kepada tindakan "mencabut/ memotong/ meniadakan/ membuang jauh/ taken away" dalam maksud agar doktrin-baru ciptaan seorang teolog John Calvin yang baru muncul di bumi Eropa pada abad 16 itu "tidak berkontradiksi" dengan ajaran Alkitab yang sudah diperkenalkan kepada umat Kristus sejak abad pertama Masehi oleh para Rasul Kristus”.[12] Sedangkan seperti diatas, kata yunani “airo”, memang bermakna "mengangkat", tapi juga dapat bermakna: mencabut dengan paksa, memotong, menyingkirkan, meniadakan bahkan merampas, menurut konteksnya. Konteks ini bisa dibandingkan dengan makna airo dalam Matius 24:39, Markus 4:25, Lukas 6:29-30, 11:22, Yohanes 16:22, Efesus 4:31, Kolose 2:14. Dan dalam sajian macam-macam terjemahan di atas, yang sesuai konteks (yang tidak perlu didikte oleh sebuah doktrin abad 16) semuanya memaknakan kata “airei” (“mengangkat”) itu dalam artian mencabut/ memotong/ melepaskan dari tempat asalnya. Demikian penjelasan study kata “memotong”. Mengenai hal ini Wesly Brill berpendapat bahwa ini menjadi peringatan bagi orang percaya, dituliskan dalam bukunya Tafsiran Injil Yohanes:
“pengusaha itu, memotong ranting yang tidak berbuah, kami tidak dapat menjelaskan, tetapi pasti mereka itu dipotong, Hal in menjadi peringatan kepada kita semua”[13]

Maka ditarik pemahaman dari pernyataan diatas yaitu sebuah aba-aba bagi orang percaya karena Roh Kudus sewaktu-waktu akan mengoreksi hati kita. Bahkan ditambahkan lagi oleh Wesley Brill “segala sesuatu yang menghalangi kuasa Roh Kudus di dalam kita harus dipotong. Seperti petani harus banyak memotong ranting pohonnya, demikian juga Tuhan Allah membersihkan kita dari segala sesuatu yang tidak berkenan kepadaNya agar kita berbuah banyak. “Pengusaha pokok anggur yang baik melihat kebergunaan dari setiap ranting. Tak berbuah tidak pantas mendapat tempat pada pokok anggur itu.”[14]
          Jika pemotongan dilakukan oleh pengusaha terhadap ranting pohon yang tidak berbuah, akan tetapi bagi ada tindakan pembersihan yang dilakukan kepada ranting yang berbuah. Orang yang mengerjakan tanaman anggur memangkas ranting yang berbuah, supaya menjadi ranting yang lebih banyak berbuah. Kemudian dijelaskan lebih lanjut, dia memangkas supaya getah tidak diboroskan pada bagian-bagian tanaman yang tidak berbuah. “Jika petani tidak memahami pemeliharaan tanaman anggur melihat tanaman anggur yang sedang dipangkas, dia yakin bahwa terlalu banyak ranting dan daun dipangkas, tetapi berbeda dengan pengusaha yang sudah memahami bagaimana merawat tanaman ini”[15], tentu akan lebih tahu apa yang akan dia perbuat kepada tanamannya. Ranting yang berbuah dibersihkan, yakni pengusaha Ilahi membersihkan semua hal pada ranting itu yang menghalanginya untuk berbuah lebat. Mengenai hal ini William Barclay juga memberikan penjelasan mengenai proses-proses dalam pemeliharaan tanaman anggur, “Tanaman anggur tumbuh dengan begitu subur, karenanya membutuhkan pemangkasan. Begitu subur sehingga seteknya harus ditanam pada jarak duabelas kaki satu dari yang lain, sebab ia akan merambat dengan cepatnya di atas tanah. Pohon anggur yang muda tidak boleh bebuah selama tiga tahun pertama, dan tiap tahun ia harus dipangkas secara drastis untuk menyimpan kekuatannya. Bila sudah dewasa, ia dipangkas pada bulan Desember atau januari”[16] sebab pohon anggur tidak dapat menghasilkan banyak kalua tidak ada pemotongan yang drastis. Menurut Carson, “Kebiasaan mengangkat dan membersihkan ranting yang tidak berbuah tidak diceritakan dalam sastra kuno yang sekarang dikenal. Mungkin berbeda dengan konsep pemeliharaan anggur di Amerika dan Eropa zaman ini daripada konsep pemeliharaan tanaman anggur 2000 tahun lalu di Timur Tengah.”[17]

          Isitilah kata “membersihkan” dalam bahasa Yunani kaqai,rei(kathairei), dari kata dasar kathaireo memakai awalan kath dari preposisi kata yang sering diterjemahkan “ke bawah” dan kata kerja airo yang sama dengan istilah “mengambil”, maka kathairei dapat diterjemahkan “menurunkan”, “membongkar” atau “menghancurkan” dalam ayat-ayat lain juga sama (Mrk. 15:36, Luk. 1:52; 12:18, Kis. 13:19; 19:27, dan 2 Kor. 10:4). Kata tersebut dapat dipakai dalam bidang pertanian dengan arti “menampi” atau “mencabut rumput liar”, tetapi dalam konteks ini lebih tepat jika dituliskan “memangkas” dengan tujuan supaya bersih karena kata kathaireo dipakai menjadi permainan kata dengan airo dan juga katharos yang berarti “bersih”.
          Secara teologis petani tanaman anggur dalam perumpamaan tersebut adalah Bapa, pertanyaannya mengapa harus Bapa? Ada alasan yang fundamental yang dapat ditarik sebagai acuan yaitu karena hanya peran tritunggal sendirilah yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan rohani bagi anak-anakNya. Contohnya seperti klaim Yesus yang menyatakan bahwa ia adalah pokok anggur yang benar, karena pada zaman PL sekalipun anggur adalah simbol kehidupan mereka, salah satu perekonomian utama dan penting mereka dalam budaya aglikultur di Israel serta Tuhan juga menunjuk mereka sebagai pokok anggur bahkan ladang anggur. Hal ini didukung oleh pernyataan Colin Brown dalam bukunya The New International Dictionary of New Testament Theology vol.3 yang menuliskan: “Isa 5:1-7 not only gives a description of contemporary viticultural practice; it sees Israel as the Vineyard, Yahweh as the vinedresser and a harvest of wild grapes instead of ripe…….”[18] Akan tetapi bangsa Israel pun faktanya bukanlah pokok anggur yang benar, hal ini telah dituliskan oleh nabi Yehezkiel pada Yeh 15:1-8. Sungguh manusia memang tidak patut dipercaya dan diberi tanggung jawab yang berat yang bebannya sama seperti beban Tuhan. Maka demikian pulalah harus Roh Kudus sendiri yang mampu melakukan pekerjaan pemotongan dan pembersihan segala kekurangan-kekurangan umatNya didalam hatinya mereka dan kemudian akan berujung kepada budidaya mereka, yaitu tindakan-tindakan untuk berbuah (Gal 5:22-23).
          Ini semua dikatakan Yesus kepada muridNya yang demikian. Beberapa pengikut merupakan ranting-ranting yang berbuah lebat; yang lain tidak ada gunanya karena tidak berbuah. Ada pertanyaan siapakah yang dimaksudkan Yesus, apabila Ia mengatakan tentang ranting-ranting yang tidak berbuah? Menurut penelitian ini ada dua jawaban. Pertama, Dia memaksudkan orang Yahudi, karena secara langsung Allah menyatakan dalam kitab Nabi-Nabi besar bahwa Israel adalah ranting-ranting dari pokok anggur Allah. Akan tetapi mereka menolak untuk mendengar kepadaNya; mereka menolak untuk menerima Dia; karena itu mereka adalah ranting-ranting yang sudah layu dan tidak ada gunanya lagi. Didukung oleh Colin Brown dalam bukunya The New International Dictionary of New Testament Theology vol.3  mengatakan:
“The parable is a parable of judgment on the Jewis people in the light of their failure to response to the preaching of J1esus. In the Context it explains the previous verses which record disaster which have befallen people”[19]

Dari pandangan diatas hal itu menjelaskan bahwa ini merupakan pernyataan yang secara langsung kepada mereka, atau dalam artian karena perkataan bangsa Israellah yang paling dekat dalam perumpamaan ini baik secara historis maupun dalam pandangan Allah terhadap mereka. Nah kemudian yang kedua, ini juga merujuk kepada sesuatu yang lebih umum sifatnya. Ia memaksudkan orang-orang Kristen yang Kekristennya adalah pengakuan saja tanpa perbuatan; kata-kata tanpa perbuatan. Ia memaksudkan orang-orang Kristen yang adalah ranting-ranting yang tidak berguna. Semuanya daun tanpa buah, orang-orang Kristen yang telah murtad, yang mula-mula mendengar berita itu dan menerimanya, namun kemudian meninggalkannya.
          Menurut pola pikir ini peneliti mengambil tiga kesimpulan mengapa orang Kristen dapat menjadi ranting-ranting yang tidak berguna. 1) dengan menolak sama sekali panggilan Kristus, 2) Mendengar kepadaNya dan kemudian melayani Dia dengan bibir dan kata-kata namun tanpa perbuatan, 3) Ketika dalam kesulitan bertindak semaunya dan meninggalkan Dia.
            Ayat ketiga menguraikan dampak Firman Kristus yang membersihkan dan memurnikan. Firman yang sekarang terkandung dalam kepustakaan, Firman Allah itu merupakan alat utama bagi Allah untuk membersihkan kehidupan para murid. Kalau perkataan tersebut bekerja dalam diri orang percaya, maka dengan cara yang baru kita menjadi menarik dan autentik dalam kehidupan dan kesaksian sebagai Kristen. Dalam pembersihan-Nya, Bapa juga memakai keadaan-keadaan yang susah dan penuh pencobaan. Hal-hal itu memang “tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ganjaran menghasilkan buah kebenaran..” (Ibrani 12:11). “dukacita menghasilkan…” adalah salah satu hukum utama dalam pertumbuhan rohani. Dalam holikultura dan pengalaman kristiani, lazim diketahui bahwa semakin berat pembersihan atau penderitaan, semakin besar pula keharuman dan keindahan yang dihasilkan kelak. Bapa disurga sangat menginginkan buah pokok anggur-Nya, dan untuk itu, dalam melakukan pembersihan, Ia sering memotong lebih lebih dalam keitmbang yang ktia harapkan. Namun pada waktu panen, “penabur dan penuai sama-sama bersukacita” (4:36)”[20]

Baca selanjutnya: Peran Allah Tritunggal (pending)


[1] KBBI
[2] Pdt. Prof. E.G Singgih, Ph.D, Ranting-Ranting dari Pohon Kehidupan. 3
[3] William Barclay, The Daily Study Bible Gospel John Volume II, (Scotland: The Saint Andrew Press, 1975), 175
[4] Barrett, C.K., The Gospel According to St. John, an Introduction with Commentary and Notes on the Greek Text second edition. (Philadelphia: The Westmister Press, 1978), 674
[5] Carson, D.A., The Gospel According to John. (Leichester-England: Varisity Press, 1991), 513
[6] Bruce Milne, Seri Pemahaman dan Penerapan Amanat Alkitab Masa Kini Yohanes. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2010), 323
[7] William Barclay, Pemahaman Alktiab Setiap hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 273-274
[8] R.V.G Tasker, Tyndale New Testament Commentary (Michigan: Grand Rapids, 1986), 174
[9] Leon Morris, NICNT: The Gospel According to John, (Michigan: William B. Eerdmand Publishing, 1995), 668
[10] Dr. E.G. Singgih, 4
[11] Ibid.  4
[12] Spiros Zodhiates Th.D., The Complete Wordstudy Dictionary,(New York: AMG International, Inc, 1992), 99
[13] J. Wesley Brill, ibid.152
[14] A Simanjuntak, Tafsiran Alkitab Masa Kini. (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
[15] Dave Hagelberg, Tafsiran Injil Yohanes Pasal 13-21, (Jakarta: Andi, 2009), 93
[16] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 274
[17] D.A. Carson, The Gospel According to John, (Englad: Leicester, 1991), 518
[18] Colin Brown, The New International Dictionary of New Testament Theologi vol.3. (Michigan: Grand Rapids, 1992), 918
[19] Colin Brown, ibid.919
[20] Bruce Milne, The Message of John, (Leicester: InterVarsity Press, 1993), 321


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia: terjemahan kata “ikon” (kata benda) lukisan, gambar, gambaran pada panel kayu yg digunakan dl kebaktian gereja Kristen Ortodoks

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama