Latar Belakang/Pengantar Kitab Yohanes

Gospel of John
Kitab Yohanes merupakan 1 dari 4 kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Namun sebenarnya kitab Yohanes lebih cocok disebut sebagai dokumen Yohanes karena kitab Yohanes cukup berbeda dari ketiga kitab Pertama yaitu didalam sudut pandang yang sangat teologis mengenai Keilahian Yesus.

Penulis Kitab Yohanes

          Kepentingan untuk mencari tahu siapa penulis kitab akan lebih mengetahui ciri khas dari sebuah kitab tersebut. Sehingga perlu untuk mengetahui siapa penulis kitab Yohanes untuk memuat lebih banyak informasi yang akan di ulas dalam penelitian ini. Sebagian besar buku terbitan masa kini dimulai dengan halaman judul yang mencantumkan nama pengarang atau penulisnya. Tetapi lain halnya dengan Injil Yohanes. Sejak pertama kali terbit, Injil ini tidak mencantumkan nama penulisnya. Dalam Yohn 21:20 menuliskan “murid yang dikasihi Yesus”, atau “murid”, yang bersaksi tentang semuanya ini dan kita tahu bahwa kesakisan itu benar.”
          Di satu pihak tidaklah penting mengetahui nama penulis Injil ni sebab penulis yang sebenarnya adalah Roh Kduus. Tuntunan Roh kudus yang melatarbelakangi kesaksian manusiawi, gamblang diakui di beberapa bagian Injil ini. Kitab-kitab lain, Kitab Ibrani misalnya, penulisnya juga tidak dikenal. Dan pengilhamannya oleh Roh Kudus dan keabsahannya sebagai kanon tidak perlu dipertanyakan. Kendati demikian, ada baiknya (demi kepentingan penuturan) menerangkan peranan manusia di balik penulisan suatu kitab. Dan berkaitan dengan injil, yang adalah laporan serentetean peristiwa, kelayakan dengan historis dan kredibilitas penulisnya sebagai saksi mata . harus sungguh-sungguh dinalat dan diperhitungkan .
          Sejak abad-abad pertama, Yohanes anak Zebedeus, dianggap sebagai penulis Injil keempat. Dia salah satu dari ketiga murid yang paling dekat dengan Yesus diantara kedua bleas muridnya, dan yang pada kemudian hari termasuk seorang dari antara pada rasul yang memimpin gereja perdana (Mark 1:19-20; 9:2; Kis 4:1 dst, 8:14, dsd). Ada banyak alasan kuat yang mendukung pendapat ini. Peneliti membedakan antara alasan-alasan internal (bukti yang terdapat di Inil itu sendiri) dan alasan-alasan eksternal (bukti yang berasal dari penulis lain pada abad-abad pertama).
          Bukti internal kepenulisan Yohanes paling jelas diringkaskan oleh Wetcott, “yang mengatakan ada petunjuk dalam Injil itu sendiri bahwa penulisnya: a) seorang Yahudi b) Yahudi asal Palestina, c) saksi mata, d) rasul, dan e) Rasul Yohanes.”[1]
          Kendati setiap butir itu dipertanyakan kebenarannya, argumentasi Westcott tidak kunjung tersangkal secara keseluruhan. “Bahwa penulis pasti orang Yahudi, jelas dari banyaknya sebutan tentang kebiasaan-kebiasaan Yahudi, juga tentang topografi, budaya dan sejarah Yahudi. Ciri kebudayaan itu juga muncul dalam gaya pengajaran Yesus. Untus terakhir ini baru dipahami sejak penemuan kitab-kitab Laut Mati di Qumran pada tahun 1947. Dalam kitab-kitab temuan itu dijumpai alam pemikiran yang sesuai dengan keadaan di palestina pada abad pertama.”[2]
          Beberapa kali dalam Injil Yohanes, Penulis mengat bahwa ia adalah saksi mata (bdk 1:14; 19:35; 21:24; 1 Yoh 1”3-5), kemudian bahwa penulsi pasti adalah salah seorang dari kedua belas murid sebab ia mendapat tempat penting pada perjamuan malam terakhir (13:1, dst, ay 23). Menurut Mrk 21:24, yang hadur waktu itu hanyalah kedua belas murid Yesus. Inti perdebatan antar penafsir adalah siapakah murid yang dikasihi Yesus, yaitu penulis menurut pasal 21:24, adalah Yohanes anak Zebedeus? Panggilan itu baru muncul di akhir kitab (13:23; 19:26; 20:2-10).
          Sekarang peneliti akan membahas mengenai bukti ekstenal dari tokoh penulisan Injil Yohanes, Bukti eksternal yang menyatakan bahwa Yohanes adalah penulis Injil Yohanes cukup banyak. Sama seperti kitab-itab PB lainnya, ada sejumlah sumber tertulis dari abad-abad pertama yang menyatakan bahwa penulis Injil ini adalah Yohanes. Kendati semua sumber itu perlu diuji kebenaranya dengan kritis, kesaksian semua sumber itu sangat penting. Sebab, kesaksian itu jauh lebih dekat pada naskah-naskah asli daripada para ahli masa kini.
          Saksi utama adalah Ireneus, Uskup Lyon, yang menulis pada paruh kedua abad kedua. Dalam tulisannya ia melaporkan bahwa Yohanes, murid Yesus, menulis Injil, menerbitkannya di Efesus dan masih hidup sampai pemerintahan Kaisar Trayanus (98 M). sekasksian Ireneus ini bertambah penting meningat selama masa pelayanannya di Lyon, ia bertumbuh erat dengan jemaat urama di Roma, sehingga keyakinanya pasti mempunyai dasar yang kuat.

Waktu Penulisan
          Tentang waktu kapan Injil ini dikarang, perlu diperhatikan suatu hal pada penghabisan Injil ini, sebenarnya dalam 20:30, sudah merupakan akhir dari kitab ini. Ada anggap bahwa pasal 21 adalah tambahan orang lain (ayat 24). Mereka yang menambahkan bagian ini dan oknu tersebut dianggap adalah murid-murid karib Yohanes. Waktu Yohanes meninggal, ternyata bawha ada kalangan yang kecewa karena mereka menyangka bahwa Yesus sendiri telah menjadikan bahwa ia tidak akan mati. Kesalahpahaman itu dikoreksi dalam ayat 23. “Kesempatan itu digunakan lagi untuk menjelaskan tentang penerimaan Petrus kembali dan cara ia mati, jadi Injil ini dalam bentuknya yang sekarang diterbitkan setelah Yohanes meninggal. Waktu apakah itu terjadi keterangannya hanya terdapat dalam tradisi gereja, dan tradisi itu saling berlawanan! Merebut beberapa pengarang lama, Yakobus dan Yoahnes kedua-duanya mati syahid, dan menurut kebanyakan pangarang lain, mereka mati Bersama di Yerusalem”[3]

Tempat Penulisan
          “Di dalam Injil ini tak ada tanda-tanda apa pun yang menunjuk kepada tempat tertentu. Menurut tradisi, mulai sejak Ireneus Yohanes meninggal di Efesus. Bagaimanakah Yohanes sampai ke sana? Dari sejarah gereja kita mengetahui bahwa orang-orang Kristen menyingkir ke desa Pella – di sebelah timur Sungai Yordan (bnd. Mat 24:15) waktu kota Yerusalem hendak dikepung oleh tantara Roma (tahun 68). Kemudian separuh lagi tersebar kemana-mana. Mungkin Yoahnes dengan beberapa teman pergi ke Efesus , lalu menetap di situ (tahun 80).”[4]

Isi Injil Yohanes
          Isi kitab merupakan kandungan informasi yang terdapat atau tertulis dalam sebuah kitab tersebut. Kunci dan Injil Yohanes termuat dalam penyataan penulis dalam Yohanes 20:30-31 “memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya, yang tidak tercatat dalam Kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya. Menurut C. Tenney, dalam bukunya Survey Perjanjian Baru. Menyatakan ada tiga yang menonjol dalam uraian yang singkat dari pada teks Yohanes 20:30-31 yaitu tanda percaya, hidup. Kata yang pertama mengandung petunjuk tentang susunan Injil ini di seputar sekumpulan mukjizat, yang secara umum setara dengan yang tercatat dalam Injil Sinoptik, namun disebut tanda karena maknanya yang khusus di dalam Injil ini. Ketujuh mukjizat ini dilakukan oleh Yesus di muka umum bagi orang lain atau bagi kepentingan orang lain. Mereka menggambarkan wawasan kekuasaanNya yang berbeda-beda, dan keseluruhan yang menyandang kesaksian kea rash doktrin utama Injil ini, yakni keilahian Yesus, Mereka dapat dikelompokkan sebagai berikut:[5]
          Kata kedua percaya, adalah kata kunci Injil ini, yang diulang hingga Sembilan puluh delapan kali. Pada umumnya ia diterjemahkan menjadi percaya, meskipun adakalahnya dipakai kata mempercayakan atau penyerahan. Biasanya artinya adalah pemberitahuan tentang suatu pernyataan pribadi, atau suatu pernyerahan diri seutunya kepada Kristus.
          Dan kata ketiga adalah hidup: dalam gaya Bahasa Yohanes ia adalah rangkuman dari segala sesuatu yang dikaruniakan kepada orang yang percaya melallui penebusannya. Ia adalah pengalaman tertinggi yang mungkin dicapai oleh manusia. “inilah”, kata Yesus “hidup yang kekal itu, dan mengenal Yesus Kristus, yang telah Engkau utus” (17:3). Hidup menruut Yohanes, bukna sekadar daya kehidupan hewani, atau peristiwa keberadaan manusia. Ia melibatkan suatu sifat tersendiri, suatu kesadaran manusia. Ia melibatkan suatu sifat tersendiri, suatu kesadaran baru, hubungan timbal balik dengan lingkungan dan perkembangan yang terus-menerus. Kristus dihadirkan sebagai contoh dari kehidupan ini merupakan karunia serta tujuan Allah bagi semua umat Kristen.

Tujuan Penulisan
          Tujuan yang dituliskan adalah pekabaran Injil, artinya, menghasilkan kepercayaan dalam Yesus selaku Kristus dan Anak Allah. Catatan tentang tanda-tanda dimaksudkan untuk hasil ini. “Dengan memperhatikan ini hunjukan-hunjukan sepanjang Injil Yohanes kepada orang percaya dan yang tidak percaya menjadi penting. Baik cerita-cerita dan pembicaraan-pembicaraan dipilih untuk memusatkan perhatian kepada tuntutan.”[6] Menurut Merril C. Tenney, dalam bukunya Survey Perjanjian baru, ia menuliskan bahwa “tujuan dari Injil ini adalah untuk mempertahankan suatu keyakinan pada mereka yang membaca atau mendemgar orang membacakannya untuk mereka. Injil ini dimaksudkan bagi mereka yang telah memiliki sedikit miant fisafat, seperti yang terliaht pada kata pembukanya, dan yang mempunyai keinginan yang sama dengan Filipus: “Tuhan, tunjukannlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup”[7]
          Menurut Charles F. Preiffer, dalam bukunya Tafsiran Alkitab The Wyclife Bible Commentary. Menuliskan “pada sisi yang positif maksud penulisan ini terdapat dalam Yohanes 20:30,31, yaitu agar orang menjadi perycaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, sehingga orang itu dapat memperoleh hidup melalui iman. Pemilihan bahwa diperhitungkan untuk menuju pada kesimpulan semacam itu.”[8]



[1] Westcott E.F, The Gospel According to John, (James Clarke), vi-xxvii
[2] L. Morris, John; J.A.T. Robinson, Twelve New Testament Studies. (SCM: Harper, 1957)
[3] Drs. M.E Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 71-72
[4] Drs. M.E. Duyverman, ibid. 73
[5] Merril C. Tenney, Survey Perjanjian Baru. (Malang: Gandum Mas, 2009), 237
[6] A Simanjuntak, dkk. Tafisran Alkitab Masa kIni 3: Matius-Wahyu, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1980), 269
[7] Merril, C. Tennery, Suevey Perjanjian Baru. 244
[8] Charles F. Preffier; Everett F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary. (Malang: Gandum mas, 2001), 299

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama